PERJALANAN ANTARGALAKSI THANOS, ISRA-MI'RAJ, EINSTEIN DAN HAWKING
Thanos, merupakan karakter antagonis yang diperankan aktor Josh Brolin dalam film Avengers: Infinity War karya sutradara Anthony dan Joe Russo. Diceritakan bahwa Thanos akan datang ke bumi. Thanos berambisi untuk menghancurkan separuh kehidupan di jagad raya. Apa yang diinginkan oleh Thanos ini disebut dengan Dark Order. Untuk memudahkan ambisinya ini, dia ingin mendapatkan keenam Infinity Stone yang keberadaannya tersebar di seluruh jagad raya. Infinity Stone disebut-sebut punya kekuatan tertinggi. Keenam batu ini bisa membuat pemiliknya mengendalikan kehidupan, ruang, waktu dan segalanya dengan sekali jentikan jari.
Berbeda dengan film Avengers:Infinity. Dalam film Star Trek dan Star Wars diceritakan bahwa pesawat Enterprise harus menggunakan energi Warp agar pesawat melaju dengan kecepatan super tinggi sehingga bisa masuk ke gerbang (gate) agar bisa meloncat antargalaksi yang biasa dikenal dengan "Warp Drive". Warp berbeda dari teknologi-teknologi fiksi ilmiah lainnya (jump drive, infinite improbability drive). Apabila teknologi-teknologi lainnya bekerja dengan memindahkan objek dari satu titik ke titik lainnya, warp bekerja dengan membentuk gelembung di sekeliling pesawat. Walaupun kalah cepat, warp adalah satu-satunya teknologi FTL yang memungkinkan pesawat bersangkutan tetap dapat berkomunikasi.
Kemudian pada Star Trek perpindahan orang juga bisa menggunakan "Teleportation", yaitu alat yang bisa memindahkan orang dengan cara mengurai tubuh menjadi atom-atom kemudian mengirimkankan melalui frekuensi, dan akhirnya di tempat tujuan atom-atom itu disusun kembali menjadi tubuh. Dimana pada film tersebut disebut transporter, sebuah teknologi yang mampu mendekonstruksi tubuh seseorang di suatu tempat dan merekonstruksinya kembali di tempat yang lain. Ada beberapa dasar ilmiah untuk teleportasi, para ilmuwan telah menunjukkan bahwa partikel subatomik dapat dipindahkan dari satu titik ke titik lain lebih cepat dari kecepatan cahaya. Tetapi kemampuan untuk memecah partikel tubuh manusia dan membentuknya kembali secara utuh masih terlihat mustahil. Alih-alih berhasil merekonstruksi tubuh manusia yang sudah dipecah, tubuh manusia yang telah memakai teleportasi justru bisa saja tidak terbentuk secara utuh saat tiba di lokasi yang berbeda.
Perjalanan antargalaksi serta tentu saja perjalanan antarwaktu sangat membuat penasaran untuk dibahas. Sebagai muslim tentu kita tahu kisah Nabi besar Rasulullah Muhammad SAW dalam melakukan perjalanan satu malam Isra dan Mi'raj. Isra Miraj merupakan perjalanan semalam Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk menjalankan salat lima waktu dalam sehari semalam. Sebenarnya Isra dan Miraj merupakan dua peristiwa berbeda. Namun karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah Isra Miraj. Isra saat menempuh perjalanan antara Masjidil Haram (Mekah) menuju Masjidil Aqsa (Jerusalem) yang berjarak lebih dari 1.500 km, serta perjalanan Nabi ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh. Sedangkan Miraj merupakan kisah perjalanan Nabi dari bumi naik ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima perintah Allah SWT menjalankan salat lima waktu dalam sehari semalam.
Hanya dengan satu malam saja ? Teknologi waktu itu tentu tidak mendukung, tapi itu terjadi atas bantuan Allah SWT. Saya mempercayai perjalanan itu, bukan sebagai fiksi namun sebuah kejadian yang tercatat dalam kitab suci Al-quran dan mustahil jika itu adalah sebuah kebohongan. Dan Nabi Muhammad bergelar al'Amin, tidak mungkin bohong. Saya beranggapan bahwa kisah Isra dan Mi'raj itu merupakan visi ilmiah, terbukti dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Saat ini, jarak 1.500 km menggunakan pesawat terbang tentu hanya butuh 4-5 jam saja. Sedangkan perjalanan ke langit ketujuh merupakan teori yang menjadi momentum tertinggi dalam ilmu fisika kuantum.
Einstein "berhasil" memetakan bentuk alam semesta adalah seperti tapal kuda yang maha luas. Terdiri dari banyak tata surya yang terus bergerak dalam sebuah sistem. Bumi tempat tinggal kita terletak di tata Surya bernama Bima Sakti (Milky Way) galaksi spiral yang besar termasuk dalam tipe Hubble SBbc dengan total masa sekitar massa matahari, yang memiliki 200-400 miliar bintang dengan diameter 100.000 tahun cahaya dan ketebalan 1000 tahun cahaya. Jarak antara matahari dan pusat galaksi diperkirakan 27.700 tahun cahaya. Diduga di pusat galaksi bersemayam lubang hitam (EN: black hole) supermasif. Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam supermasif ini. Tata surya kita memerlukan waktu 225–250 juta tahun untuk menyelesaikan satu orbit, jadi telah 20–25 kali mengitari pusat galaksi dari sejak saat terbentuknya.
Kecepatan orbit tata surya adalah 217 km/d. Cakram bintang Bima Sakti kira kira berdiameter 100.000 tahun cahaya (9.5×1017 km = 950.000.000.000.000.000 ) diperkirakan rata rata mempunyai ketebalan 1000 tahun cahaya (9.5×1015 km = 95.000.000.000.000.000 ) Bima Sakti diestimasikan mempunyai setidaknya 200 miliar bintang dan mungkin hingga 400 miliar bintang. Angka pastinya tergantung dari jumlah bintang bermassa rendah, yang sangat sulit dipastikan. Melebihi bagian cakram bintang, terletak piringan gas yang lebih tebal. Observasi terakhir mengindikasikan bahwa piringan gas Bima Sakti mempunyai ketebalan sekitar 12.000 tahun cahaya (1.1×1017 km = 110.000.000.000.000.000 ) sebesar dua belas kali nilai yang diterima sebelumnya. Sebagai panduan ukuran fisik Bima Sakti, sebagai misal kalau diameternya dijadikan 100 m, Tata Surya, termasuk Awan Oort, akan berukuran tidak lebih dari 1 mm.
Cahaya galaksi memancar lebih jauh, tetapi ini dibatasi oleh orbit dari dua satelit Bima Sakti yaitu Awan Magellan Besar dan Kecil (the Large and the Small Magellanic Clouds), yang memiliki perigalacticon kurang lebih 180.000 tahun cahaya (1.7×1018 km = 1.700.000.000.000.000.000 ). Pada jarak ini dan lebih jauh selanjutnya, orbit-orbit dari objek sekitar akan didisrupsi oleh awan magelan, dan objek objek itu kemungkinan besar akan terhempas keluar dari Bima Sakti.
Sedangkan satu tahun cahaya, menurut rumus terkenal dari Einstein yaitu E=M.C2 adalah dengan mengkonversi kecepatan cahaya 300.000 km/detik adalah 1 detik cahaya menempuh 300.000 km, bayangkan kali pangkat berapa jika satu tahun cahaya. Maka Einstein berkesimpulan bahwa manusia tidak mungkin melakukan perjalanan antargalaksi karena tidak mungkin ada kendaraan yang sehebat itu akan tercipta. Kecuali ada jalan pintas.
Stephen Hawking dalam buku 'A Brief of Time" menyampaikan teori "Lubang Cacing" (Worm Hole) yaitu tentang sebuah perhitungan matematis antar satu titik ruang dan waktu ke titik lain secara geometris bisa menjadi jalan pintas.
Berdasarkan teori Roger Penrose :
“Bintang yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole).”
Dengan cara membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut :
Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar (kiamat) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur. Dalam kondisi singularitas awal jagat raya Teori Relativitas, karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilan besaran yang tidak dapat diramalkan.
Menurut Hawking bila kita tidak bisa menggunakan teori relativitas pada awal penciptaan “jagat raya”, padahal tahap-tahap pengembangan jagat raya dimulai dari situ, maka teori relativitas itu juga tidak bisa dipakai pada semua tahapnya. Di sini kita harus menggunakan mekanika kuantum. Penggunaan mekanika kuantum pada alam semesta akan menghasilkan alam semesta “tanpa pangkal ujung” karena adanya waktu maya dan ruang kuantum.
Pada kondisi waktu nyata (waktu manusia) waktu hanya bisa berjalan maju dengan laju tetap, menuju nanti, besok, seminggu, sebulan, setahun lagi dan seterusnya, tidak bisa melompat ke masa lalu atau masa depan. Menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) melalui “lubang cacing (wormhole)” kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan.
Hal ini bermakna, masa depan dan kiamat (dalam waktu maya) menurut Hawking “telah ada dan sudah selesai” sejak diciptakannya alam semesta. Selain itu melalui “lubang cacing” (dengan kekuasaan Allah Swt) kita bisa pergi ke manapun di seluruh alam semesta dengan seketika.
Jadi menggabungkan Einstein dan Hawking, pesawat tersebut tidak perlu bisa berkecepatan cahaya namun cukup mencari lobang cacing atau jalan pintas untuk mencapai titik yang lain, baik ruang (tempat/space) maupun waktu.
Hawking boleh percaya bahwa surga dan neraka itu tidak ada, karena itu adalah bagi yang takut akan kematian. Hawking mengatakan, kematian terjadi ketika otak berhenti bekerja. "Saya menganggap otak seperti komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya rusak. Tidak ada kehidupan setelah mati ataupun surga bagi komputer rusak itu. Semua itu cuma dongeng bagi orang-orang yang takut akan kegelapan. Semesta diatur oleh sains. Tetapi sains mengatakan kepada kita bahwa kita tak bisa menyelesaikan persamaan secara langsung. Kita harus menggunakan teori seleksi alam Darwin untuk survive. Kita akan memberi mereka nilai tertinggi." Hawking
Suatu hari di masa lalu, Ayah saya pernah berkata, "Satu kedipan cahaya bintang yang kita lihat adalah cahaya dari puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, cahata itu menempuh perjalanan yang lama untuk sampai ke mata kita."
Kita tidak akan sempat untuk mengalami perjalanan antargalaksi apalagi antarwaktu seperti dalam film-film. Namun kita saat ini sebenarnya sedang melakukan hal itu "Perjalanan Hidup". Dimana investasi termahal adalah waktu. Pesawat kita adalah langkah-langkah yang berarti.
Terlepas dari teori-teori antargalaksi diatas, kita tentu percaya bahwa suatu saat kita akan menempuh perjalanan singkat menuju "galaksi" lain setelah kehidupan di dunia kita berakhir.
😊
BalasHapus