Mahasiswa Sedang Mencari "Tokoh"

Soekarno dan Hatta dalam perselisihannya terhadap revolusi adalah soal waktu. Soekarno memiliki pemikiran bahwa revolusi harus dilakukan setiap saat dan setiap waktu, sedangkan Hatta berpendapat revolusi tidak bisa dilakukan setiap saat karena dapat menyebabkan kondisi “pejungkirbalikan segala nilai”, Hatta berpendapat revolusi harus dilakukan dengan selang waktu berpuluh tahun.
Pada era baru ini, demokrasi memanjakan setiap elemen untuk bebas bersuara. Termasuk elemen mahasiswa, untuk bebas mengemukakan pendapatnya kepada pengausa. Tetapi suara-suara yang disampaikan oleh mahasiswa melalui aksi massa atau demonstrasi, tak sekedar menyampaikan aspirasi saja. Lebih kepada tekanan massa aksi, untuk menekan penguasa agar merubah kebijakan dengan instan sesuai apa yang dituntutkan. 

Sejarah mencatat gerakan massa aksi telah banyak menumbangkan orde, rezim, serta kebijakan yang tidak semestinya. Gerakan massa aksi pada dahulu sebelum tahun 2000-an, banyak diwarnai oleh pergerakan serikat buruh dan mahasiswa. Sebut saja pada rezim soekarno dan soeharto, keduanya tumbang tidak sedikit terlepas dari pengaruh pergerekan massa aksi oleh serikat buruh dan mahasiswa. Sebuah gerakan revolusioner dan radikal dilakukan oleh para buruh dan mahasiswa, dalam membuat perubahan yang cepat dan instan. 

Pergerakan revolusioner yang dilakukan oleh para pemuda, dimana pada saat itu permasalahan bangsa sedang pahit, nampak, dan mengancam bagi kehidupan banyak orang. Krisis terjadi dimana-mana, kelaparan, kemiskinan, kekacauan dan kesengsaraan hidup yang benar dirasakan oleh setiap orang. Sekarang ini pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa seperti tak memiliki taring dan kekuatan lagi. Seolah-olah seiring berjalannya waktu, sejarah telah mengambil kekekuatan mahasiswa di masa depan, untuk dipakai pada masa lalu ketika menumbangkan rezim-rezim mengerikan, dan tinggal menyisakan besi tua berkarat. 

Pergerakan mahasiswa saat ini hanya seperti bualan kosong, yang tak didengar oleh penguasa dan bahkan masyarakat umum. Gerakan yang malah dikritik oleh sebagian mahasiswa yang lain, dan rendahkan dengan nada nyinyir oleh sebagian orang. Terlepas dari sistem desentralisasi paska orde baru, yang melahirkan raja-raja kecil baru di daerah. Kondisi yang menciptakan kemakmuran sekaligus kemunduran yang berbeda di setiap daerah masing-masing, dan menyebabkan perbedaan rasa memiliki di setiap daerah, terhadap permasalahan bangsa yang terjadi. 


Pergerakan mahasiswa saat ini sedang mengalami degradasi semangat dalam berjuang. Jika dihitung-hitung, maka tantangan pergerakan mahasiswa saat ini memamang sangat besar. Seperti bermunculannya media dan teknologi yang tak terbendung, arus informasi yang tak jelas arahnya, manipulasi opini oleh media, individualisme yang tinggi, permasalahan-permasalahan bangsa yang tersamarkan, serta munculnya raja-raja kecil di daerah yang berdampak pada perbedaan rasa senasib sepenanggungan. 

Pergerakan mahasiswa saat ini, dihadapkan pada krisis intelektual dalam melihat dan merasakan kepakaan masalah yang ada. Krisis kepemimpinan dalam menentukan narasi pergerakan mahasiswa kedepan. Meningginya rasa individualisme kelompok dan golongan di mahasiswa, dalam berkompromi menentukan arah gerak narasi agenda perbaikan mendesak bangsa.

Mahasiswa saat ini membutuhkan tokoh baru. Sesosok orang yang bisa menyatukan semua elemen pergerakan mahasiswa dalam seiya dan sekata. Seseorang yang memiliki pandangan luas, daya pikir intelektualitas yang tinggi dan daya kepemimpinan yang men-tokoh. Untuk sebuah agenda revolusi yang harus segera dijalani bangsa ini. Maka walaupun saat ini mungkin belum ada wanita yang mampu melahirkan laki-laki seperti soekarno, hatta, dan para pahlawan lainya. 

Ataukah tak ada lagi ibu yang mau, seperti kata Taufiq Ismail di tahun 1966, "merelakan kalian pergi berdemonstrasi.. karena kalian pergi menyempurnakan..Kemerdekaan negeri ini." Oleh karena itu katakan kepada diri kita sendiri : “ akulah orangnya, akulah tokoh itu”. Orang yang siap dan berusaha semampunya hingga titik darah penghabisan, untuk mewujudkan sebuah revolusi yang sudah lama, tidak nampak lewat pada negeri kita. Sebuah revolusi yang akan memperbaiki bangsa, serta mengembalikan semangat dan rasa nasionlisme rakyat Indonesia. 

Demikian wildan menutup ceritanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup