Rindu dan Cinta Uwais Al Qarni kepada Sang Kekasih (Rasulullah)
Rindu adalah Uwais al qarni, merindukan perjumpaan dengan Rasulullah di tiap hari-hari yang ia lalui di segala pandangannya hanya wajah Rasulullah yang hadir disana. Membuat kerinduannya tak mampu ia bendung lagi bahwa perjumpaan dengan sang kekasih adalah obat dari segala yang sakit.
Cinta adalah Uwais al qarni, menempuh panjangnya jarak, panasnya padang pasir yang tandus dengan berbekal seadanya tak lagi ia perdulikan sebab cintanya kepada Rasulullah membuat tidurnya tak tenang di malam-malamnya yang panjang.
Cinta adalah Uwais aal qarni, berbinar-binar hati dan harapan berjumpa dengan kekasih akan segera terobati meski ia tak sekalipun pernah berjumpa dengan baginda nabi namun kecintaannya kepada sang nabi terakhir membuat ibunya mengizinkan kepergiannya menjumpai kekasihnya disana.
Rindu adalah Uwais al qarni, berlari kesana kemari, berharap menebak-nebak tempat duduk Rasulullah dan memasukinya dengan hati yang penuh harap akan ia jumpai kekasihnya dengan wajah penuh cinta, namun Allah berkata lain Uwais harus mampu menahan kembali kerinduan dan cinta yang ia kira akan sembuh sebab Rasulullah tengah berada di luar kota untuk mengurusi urusan politik negara.
Cinta adalah Uwais al qarni, dengan hati dan perasaan yang khawatir mengingat pesan dari ibunda tercintanya yang buta, ia harus segera pulang kerumah dengan segala rasa berat hati ia pun meninggalkan kota Madinah, doa-doanya tak pernah putus, cintanya tak sedikit pun berkurang meski tak ia jumpai kekasih hatinya untuk yang pertama kali.
Cinta adalah Uwais al qarni, yang mendapatkan cinta dari baginda nabi, mendapatkan doa dari kekasih yang selama ini ia ingini, mendapatkan salam keselamatan dari sang kekasih.
Serupa itulah rindu, seperti itulah cinta Uwais al qarni, tabbiin yang namanya tidak pernah dikenali penduduk bumi, tapi namanya terkenal oleh penduduk langit.
Komentar
Posting Komentar