Jatuh padamu yang (masih) jauh
Waktu memang terasa begitu cepat bagi mereka yang takut,
dan terasa begitu lama bagi mereka yang menunggu (“Logika Tuhan”, hal. 31)
Tapi ah, adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu?
Yang tak saling menyapa, tapi diam-diam mengucap nama dalam doa. (“Jauh2”, hal.100)
Kamu; mengapa belum juga?
Tapi aku selalu percaya bahwa, semua cerita tentang keterpisahan ini hanyalah tipu daya waktu. (“Mengapa belum juga?”, hal. 25)
Bila keterpisahan ini bukan lagi tipu daya. Buatku rasa itu akan tetap ada. Membersamai tiap-tiap cita yang coba dicipta tanpa harus lupa: doa punya daya untuk menganulir takdir. (“Jauh3”, hal. 103)
“Setelah jatuh aku memilih jauh, tapi jarak sepertinya memang dicipta untuk dibuat luruh”
“Ketika ekspresi rindu adalah doa, tidak ada cinta yang tidak mulia. “ – (Azhar Nurun Ala, 2013)
Komentar
Posting Komentar