Laskar Pelangi yang Melegenda

Suatu waktu mengikuti salah satu kegiatan organisasi di sekolah selama satu minggu, saya masih ingat betapa salah satu coach menunjuk saya untuk maju di podium dan berdiri dihadapan teman-teman peserta yang lain. 

 Menurut saya ini agak lucu, coach menunjuk saya katanya waktu itu saya adalah peserta yang terlihat paling semangat. Saya pun maju dan berdiri, kemudian beliau bertanya film kegemaran saya apa ? maka dengan lantang saya mengatakan "Laskar Pelangi". Saya kemudian mulai menjelaskan mengapa saya begitu tergila-gila pada film ini bahkan hingga sekarang. 

 Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. 


Cerita terjadi di desa Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu. Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah. Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kegeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya.


Ikal : Tokoh 'aku' dalam cerita ini. Ikal yang selalu menjadi peringkat kedua memiliki teman sebangku bernama Lintang, yang merupakan anak terpintar dalam Laskar Pelangi. Ia berminat pada sastra, terlihat dari kesehariannya yang senang menulis puisi. Ia menyukai A Ling, sepupu dari A Kiong, yang ditemuinya pertama kali di sebuah toko kelontong bernama Toko Sinar Harapan. Pada akhirnya hubungan mereka berdua terpaksa berakhir oleh jarak akibat kepergian A Ling ke Jakarta untuk menemani bibinya. 

Lintang : Teman sebangku Ikal yang luar biasa genius. Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin yang tidak memiliki perahu dan harus menanggung kehidupan 14 jiwa anggota keluarga. Lintang telah menunjukkan minat besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada di sekolah. Ia selalu aktif di dalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli matematika. Sekalipun ia luar biasa pintar, pria kecil berambut merah ikal ini pernah salah membawa peralatan sekolahnya. Cita-citanya terpaksa ditinggalkan agar ia dapat bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya semenjak ayahnya meninggal. 


Sahara : Satu-satunya gadis dalam anggota Laskar Pelangi. Sahara adalah gadis keras kepala berpendirian kuat yang sangat patuh kepada agama. Ia adalah gadis yang ramah dan pandai, ia baik kepada siapa saja kecuali pada A Kiong yang semenjak mereka masuk sekolah sudah ia basahi dengan air dalam termosnya. 


Mahar : Pria tampan bertubuh kurus ini memiliki bakat dan minat besar pada seni. Pertama kali diketahui ketika tanpa sengaja Bu Muslimah menunjuknya untuk bernyanyi di depan kelas saat pelajaran seni suara. Pria yang menyenangi okultisme ini sering dipojokkan teman-temannya. Ketika dewasa, Mahar sempat menganggur menunggu nasib menyapanya karena tak bisa ke manapun lantaran ibunya yang sakit-sakitan. Akan tetapi, nasib baik menyapanya dan ia diajak petinggi untuk membuat dokumentasi permainan anak tradisional setelah membaca artikel yang ia tulis di sebuah majalah, dan akhirnya ia berhasil meluncurkan sebuah novel tentang persahabatan. 


A Kiong : Anak Hokian. Keturunan Tionghoa ini adalah pengikut sejati Mahar sejak kelas satu. Baginya Mahar adalah suhunya yang agung. Kendatipun pria kecil ini berwajah buruk rupa, ia memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati, serta suka menolong pada siapapun kecuali Sahara. Namun, meski mereka selalu bertengkar, ternyata mereka berdua saling mencintai satu sama lain. 


Syahdan : Anak nelayan yang ceria ini tak pernah menonjol. Kalau ada apa-apa dia pasti yang paling tidak diperhatikan. Misalnya ketika bermain sandiwara, Syahdan hanya kedapatan jadi tukang kipas putri dan itupun masih banyak kesalahannya. Syahdan adalah saksi cinta pertama Ikal, ia dan Ikal bertugas membeli kapur di Toko Sinar Harapan semenjak Ikal jatuh cinta pada A Ling. Syahdan ternyata memiliki cita-cita yang tidak pernah terbayang oleh Laskar Pelangi lainnya yaitu menjadi aktor. Dengan bekerja keras pada akhirnya dia menjadi aktor sungguhan meski hanya mendapatkan peran kecil seperti tuyul atau jin... Setelah bosan, ia pergi dan kursus komputer. Setelah itu ia berhasil menjadi network designer. 


Kucai : Ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Ia menderita rabun jauh karena kurang gizi dan penglihatannya melenceng 20 derajat, sehingga jika ia menatap marah ke arah Borek, maka akan terlihat ia sedang memperhatikan Trapani. Laki-laki ini sejak kecil terlihat bisa menjadi politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di DPRD Belitong. 


Borek : Pria besar maniak otot. Borek selalu menjaga citranya sebagai laki-laki macho. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko milik A Kiong dan Sahara. 


Trapani : Pria tampan yang pandai dan baik hati ini sangat mencintai ibunya. Apapun yang ia lakukan harus selalu didampingi ibunya, seperti misalnya ketika mereka akan tampil sebagai band yang dikomando oleh Mahar, ia tidak mau tampil jika tak ditonton ibunya. Cowok yang bercita-cita menjadi guru ini akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa karena ketergantungannya terhadap ibunya. 


Harun : Pria yang memiliki keterbelakangan mental ini memulai SD (sekolah dasar) ketika ia berumur 10 tahun. Laki-laki jenaka ini senantiasa bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga dan melahirkan tiga anak yang masing-masing berbelang tiga pada tanggal tiga kepada Sahara dan senang sekali menanyakan kapan libur lebaran pada Bu Muslimah. Ia menyetor 3 buah botol kecap ketika disuruh mengumpulkan karya seni kelas enam.

Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, Bernama asli adalah Floriana, seorang anak tomboi yang berasal dari keluarga kaya. Dia merupakan murid pindahan dari sekolah PN yang kaya dan sekaligus tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian dari laskar pelangi. Awal pertama kali masuk sekolah, ia sempat membuat kekacauan dengan mengambil alih tempat duduk Trapani sehingga Trapani yang malang terpaksa tergusur. Ia melakukannya dengan alasan ingin duduk di sebelah Mahar dan tak mau didebat. 


Ketika menonton film Laskar Pelangi kita akan mengingat kisah ketika Ki Hajar Dewantara sewaktu masih sekolah. Beliau sekolah di ELS, atas jasa baik Tuan Abendanon. Hanya saja, ia menjadi kritis bahkan ketika berusia 7 tahun, beliau bertanya kepada bapaknya, ”Mengapa Sariman (teman bermain Ki Hajar Dewantara) tidak dapat ikut sekolah, Ayahanda?”, tanya Suwardi Suryaningrat kepada bapaknya. ”Sariman itu orang kebanyakan. Jadi ia tidak boleh bersekolah seperti kamu”, begitu bapaknya menjawab. 

Maka sejak itu, Ki Hajar Dewantara melihat bahwa tidak ada keadilan di negeri ini (sejak zaman penjajahan). Semangat itu pula yang melahirkan tekadnya dikemudian hari untuk mendirikan padepokan Taman Siswa. Kondisi sebagaimana dialami Bapak Pendidikan Nasional Indonesia tadi masih merupakan warna realita masa kini.

Pelajaran dari Laskar Pelangi Persoalan pendidikan diantara sekian banyak masalah bangsa, Kita diajak untuk tersadar dari tidur yang begitu lelap. Dengan begitu jujur dan sederhana, anak-anak dalam film laskar pelangi mengajari kita arti semangat, persahabatan, kreatifitas, keikhlasan dan empati sosial. Dari awal film kita sudah dibuat tersadar bagaimana Lintang dengan sepeda ontelnya, penuh semangat untuk sekolah. Jarak yang puluhan kilo, jalan yang sepi, panas, bahkan tidak jarang harus dihadang oleh buaya yang siap menerkam tidak menjadi penghalang. Lintang dan teman-teman menjalani semua dengan ceria.

Latar belakang keluarga dari kalangan ekonomi menengah kebawah rupanya membuat mereka sangat ingin melakukan perubahan. Realitanya memang demikian, mereka yang mempunyai semangat membara biasanya yang dibesarkan dilingkungan yang penuh dengan keterbatasan. Fasilitas dan kemewahan seringkali membuat orang menjadi semakin malas. Meskipun tidak jarang, system ekonomi dan pendidikan yang membutuhkan biaya tidak sedikit membuat harapan dan cita-cita tadi menjadi pupus. Kita mungkin punya banyak teman yang senasib dengan Lintang. Tidak sedikit teman-teman yang begitu cerdas, hanya karena masalah ekonomi, akses, fasilitas dan persoalan keluarga lainnya terpaksa harus berhenti sekolah. Sebaliknya, mereka yang selama ini kemampuannya biasa-biasa saja, karena orang tua mereka yang mampu, tidak sedikit yang setelah S-1 terus S-2 bahkan S-3, dan seakan terlihat orang yang begitu pintar. Maka bisa dibayangkan bagaimana nasib masa depan bangsa ini ke depan. 


Dalam hal persahabatan dan persaudaraan, anak-anak kecil dari SD Muhammadiyah Bitong inipun mengajari kita. Persamaan kondisi dan cita-cita membuat mereka selalu bersama. Kehilangan satu teman, seperti Lintang yang tidak bisa sekolah lagi membuat mereka begitu bersedih. Juga ketika ada teman yang salah, misalnya ketika teman-teman Lintang mau masuk ke hutan dan percaya dengan masalah-masalah takhayul, teman mereka tidak segan untuk mengingatkan, bahkan dengan tegas. Itulah persahabatan yang sesungguhnya, dan kita rindu kondisi demikian. Persabahatan yang saling memotivasi, mengingatkan ketika salah, dan bersama dalam kebenaran. Kebersamaan itu tentu akan membuat kita menjadi lebih bebas dalam berekspresi. Film laskar pelangi dengan si-Mahar yang jago nyeni membuat anak-anak tadi begitu dekat dengan alam dan mengembangkan kreatifitas mereka. Ketika anak-anak SD tambang Timah sudah menggunakan drum band dalam perlombaan antarsekolah, anak-anak tadi cukup berperan menjadi orang kubu dengan memanfaatkan alam. Suasana yang sekarang sudah jarang kita temui. Anak-anak sekarang lebih banyak bermain di depan komputer atau Pe-eS, dibandingkan bersama teman-temannya. 

Dalam jangka panjang, kondisi ini tentu menyebabkan mereka kehilangan sensifitas sosial. Mereka akan lahir sebagai orang-orang egois yang tidak memperhatikan kepentingan orang banyak. Masih banyak sebenarnya pelajaran-pelajaran lain yang bisa kita ambil dari film ini. Yang paling penting sebenarnya adalah bagaimana kita bersikap kondisi pendidikan kita yang “memprihatinkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup