Membaca Melahirkan Peradaban

Memulai menulis berarti memulai untuk belajar. Membaca bagi kita umat islam mungkin sudah sering kita dengar dalam kajian – kajian, tausiyah, dan pengajian. Sang ustadz menyampaikan ini itu ketika membahas tema “membaca”. Ya, membaca adalah perintah Allah yang pertama di turunkan kepada umat islam oleh Rasulullah SAW.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah. Yng mengajar (manusia) dengan peranta kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-A’laq [96]: 1- 5).

Membaca merupakan perintah pertama yang diturunkan Allah dalam surat Al A’laq. Membaca tak sekedar mebaca dan belajar alquran saja. Membaca merupakan kewajiaban bagi kita, yaitu untuk membaca segala hal, ilmu pengetahuan, alam semesta, apa yang terjadi di bumi, membaca segala hal yang bermanfaat. Membaca adalah kunci kecil untuk membuka gembok cakrawala dunia yang besar ini. Saat ini, budaya membaca mulai ditinggalkan oleh umat muslim.

Seorang Yahudi sebagaimana dikutip DR As-Sirjani dalam bukunya; Spiritual Reading; hidup lebih bermakna dengan membaca; terbitan Aqwam 2007, mengatakan bahwa “Kita orang yahudi tidak takut dengan umat muslim, karena umat muslim adalah umat yang tidak suka membaca”. Banyak tokoh ulama berpendapat kemunduran umat muslim saat ini karena sudah malas membaca. Budaya membaca yang bisa melahirkan kemajuan dibidang pengetahuan dan teknologi saat ini sudah mulai ditinggalkan umat muslim dunia.

Tercatat dalam sejarah bagaimana kemajuan umat muslim pada jaman dahulu karena budaya membacanya. Mereka membaca buku buku ilmu pengetahuan, menulis, melakukan riset, berawal dari masjid-masjid di sekitar mereka. Pada jaman itu masjid-masjid menjadi tempat yang nyaman untuk belajar, membaca tidak hanya membaca Al-quran semata, tetapi juga membaca pengetahuan lainnya yang bermanfaaat. Masjid-masjid dilengkapi dengan perpustakaan yang isinya lengkap.

Anak-anak muda pada jaman itu sibuk akan ilmu-ilmu yang tersedia untuk dipelajari. Namun saat ini masjid-masjid yang banyak berdiri kokoh, hanya bangunannya saja yang kokoh. Banyak dari masjid-masjid yang berdiri bahkan sudah mulai sepi dari para jamaah yang akan menghadap sang kuasa. Apalagi masjid-masjid yang menjadi sumber ilmu bermanfaat sudah jarang tentunya.

Indonesia yang memiliki penduduk dengan jumlah mayoritas muslim terbesar dunia ternyata juga terkena imbas dari kemalasan untuk membaca. Tercatat dalam sebuah survei prestasi anak indonesia dalam Progress of International reading Literacy Study 2011 menempati peringkat 42 dari 45 negara. Serta dalam rilis dari beritamaluku.com diberitakan bahwa indeks membaca prang Indonesia adalah 0,001. Artinya dari 1000 penduduk indonesia hanya satu orang yang gemar membaca. Jika dibandingakan dengan singapura, ada 45 orang gemar membaca dari 100 orang yang disurvei.

Parahnya lagi dalam survei yang sama waktu membaca per hari orang Amerika dan orang jepang jika dirata – rata jumlahnya delapan jam perhari, sedangkan di Indonesia hanya dua jam per hari. Hal tersebut berakibat pada kondisi indeks Pembangunan manusia di negeri ini yang hanya berada di urutan 117 dari 175 negara. Lebih parahnya lagi indonesia akan dijadikan kiblat muslim dunia? Membaca adalah kunci kejayaan islam pada jaman dahulu dan pada jaman yang akan datang.

Dengan membaca akan melahirkan karya sastra, dengan membaca akan melahirkan ilmu pengetahuan, dengan membaca akan meliharkan karya yang bermanfaat. Dengan Membaca akan melahirkan peradaban. Pentingkan ternyata membaca itu, dari membaca perdaban muncul.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup