Kualitas Bukan Kuantitas (2)
Ketika itu perang memuncak antara umat islam dengan bangsa Romawi, saat Rasulullah Saw mengetahui utusannya yang dikirim menemui penguasa bashra atau romawi timur dibunuh.
Saat itu pemimpinnya Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani baru diangkat menjadi penguasa daerah tersebut oleh kaisar Romawi, telah membunuh utusan Rasulullah Saw yang merupakan pelecehan besar bagi umat islam. Maka saat itu disiapkan 3000 pasukan muslimin untuk siap berperang dengan 200.000 pasukan romawi yang disebut sebagai perang mu’tah.
Tercatat terdapat tiga panglima sekaligus dipilih Rasulullah Saw dalam perang pertama muslimin melawan Romawi. Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dan Abdullah bin Rawahah dipilih oleh Rasulullah Saw untuk bergantian memimpin peperangan apabila syahid dalam peperangan. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata: “Pasukan ini dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, bila ia gugur komando dipegang oleh Ja’far bin Abu Thalib, bila gugur pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah –saat itu beliau meneteskan air mata- selanjutnya bendera itu dipegang oleh seorang ‘pedang Allah’ dan akhirnya Allah Subhanahu wata‘aala memberikan kemenangan. (HR. al-Bukhari)
Diakhir tragedi peperang perang tak seimbang itu, pasukan muslimin diberi kemenangan atas izin Allah swt. Pasukan romawi kalang kabut lari dari medan peperangan, ketika panglima perang diambil alih oleh Pedang Allah swt yaitu Khalid bin Walid, setelah ketiga panglima yang ditunjuk oleh Rasulullah saw tersebut syahid dalam peperangan. Tercatat 20.000 pasukan romawi tewas, dan hanya 12 pasukan muslimin syahid atas izin Allah swt. Islam selalu dibawa dan diperjuangkan oleh yang sedikit tapi berkualitas. Hampir seluruh peperangan dan perjuangan kaum muslimin selalu diperjuangkan oleh jumlah orang yang sedikit tapi berkualitas.
Sebut saja perang pertama kaum muslimin, yaitu perang badar 300 pasukan muslimin dimenangkan melawan 1000 pasukan kafir Quraish. Lalu pada perang khandak 3000 pasukan muslimin yang dalam keadaan krisis pangan, dan musim paceklik di madinah dimenangkan melawan 10.000 pasukan Yahudi. Lalu perang Yarmuk melawan pasukan 200.000 pasukan heraclius kaisar romawi, muslimin dimenangkan dengan hanya 25.000 pasukan. Semuanya tak seimbang dan memang bukan pesoalan jumlah pasukan muslim dimenangkan, tetapi karena kualitas.
Meng-Kualitas Saat ini jumlah umat islam seluruh dunia berjumlah kisaran dua miliyar manusia dengan total penduduk dunia tujuh miliyar manusia. Dua berbanding tujuh, perbandingan umat muslim dengan total penduduk dunia, dan diprediksi tahun 2050 nanti perbandingan umat islam dengan total penduduk dunia adalah satu berbanding tiga. Jumlah signifikan yang harusnya bisa membawa kejayaan islam saat ini. Namun sayang, dengan jumlah dua miliyar saat ini umat muslim seakan tidak berdaya melawan perdaban barat yahudi yang sedang berkuasa mencengkram dunia.
Maka sekarang juga kita harus bangkit. Mari meng-kualitas dan benahi perdaban ini. Tidak diperlukan banyak orang untuk berjuang membangkitkan kejayaan islam. Cukup mengkualitaskan diri, dan terus berjuang diantara ikhlas dan sabar, diantara siang dan malam, diantara hari-hari yang disisakanNya bagi kita.
Seperti seorang Abdurrahman bin Auf ra, cukup dengan satu orang yang berkualitas sehingga seluruh rakyat madinah tak satupun yang tidak merasakan kedermawannan infaq dan shodaqoh darinya. Atau cukup seperti Umar bin Abdul Aziz ra, hanya 29 bulan berkuasa sebagai khalifah berhasil mengubah kesejahteraan seluruh umat muslim yang dipimpinnya.
Sepanjang sejarah kejayaan islam, perjuangan selalu dipimpin oleh orang yang sedikit tapi berkualitas. Muda Pada pawai Tauhid di surakarta pada bulan mei 2016 lalu, ust Yusuf Mansyur dalam orasinya mengatakan, “hari ini banyak pemuda, banyak kelompok yang berbicara tentang negara, berbicara tentang kejayaan islam, dan kebangkitan islam. Tapi banyak diantara mereka jarang terlihat di masjid-masjid ketika shalat jamaah dimulai”.
Suatu pukulan telak bagi kita semua yang masih disebut sebagai pemuda, mungkin kiranya semua yang dikatakan ust Yusuf Mansyur merupakan realiatas keadaan sebagian banyak aktivis muslim saat ini. Oleh sebab itu jika kita merasa apa yang dikatakan pada orasi ust Yusuf Mansyur tersebut benar. Maka jangan harap perubahan dan kebangkitan islam akan segera hadir di hadapan kita semua.
Saat ini banyak sekali perkumpulan yang berbicara tentang kejaayan islam, negara madani, dan kebangkitan umat. Tapi banyak diantara mereka, ketika adzan subuh tiba tak terlihat di masjid-masjid. Sekarang ini subuh-subuh di masjid hanya di isi orang tua. Sedangkan anak mudanya sibuk berdiskusi hingga larut malam, bahkan waktu seper tiga malamnya mereka gunakan untuk berdiskusi tentang negara. Luar biasa. Hingga mereka terlalu lelah untuk memenuhi undangan fajar di masjid. Mungkin mereka masih lebih baik ketika menghabiskan malam untuk berdiskusi, walaupun sekedar wacana tanpa ilmu.
Dari pada saat ini, banyak pemuda yang menghabiskan malamnya di tempat hiburan malam, dan pulang saat adzan fajar pertama. Adzan fajar tanda istirahat bagi orang yang melakukan Qiyamul lail. Mungkin mereka masih lebih baik dari pemuda-pemuda yang sibuk dengan alkohol dan narkoba. Dimana hidupnya hanyalah berkutat pada khayalan dan fantasi. Mungkin mereka masih lebih baik dari pemuda-pemuda yang hanya berdiam diri dirumah. Dimana hidupnya hanyalah berkutat pada makan-tidur-hiburan-makan-tidur. Tapi tahukah kejayaan islam ini selalu dibawa oleh pemuda.
Usamah bin Zaid ra belum genap usianya 20 tahun, dia ditunjuk oleh Rasulullah Saw sebagai panglima perang melawan pasukan Rum dimana salah satu pasukannya adalah Umar bin Khattab yang jauh ebih tua. Usia yang sangat belia sebagai seorang panglima perang yang mewakili umat islam.
Atau seperti Muhammad Al Fatih yang pada usia 19 tahun menjadi sultan menggantikan ayahnya, dan pada usia 21 tahun berhasil menahlukan konstantinopel (istambul turki). Posisi pemuda dalam kejayaan islam adalah sebagai garda terdepan. Seperti para sahabat yang pertama kali direkrut dan mengawali pergerakan bersama Rasulullah Saw adalah para pemuda dengan usia belasan tahun.
Maka peran pemuda dalam menyongsong kejayaan islam sangatlah penting. Dahulu pada usia yang masih belasan, para pemuda sudah mandiri dan menjadi pemimpin di masyarakat. Menjadi pelayan umat. Oleh karena itu mari kita semua pemuda meng-kualitas bersama. Karena bukan soal jumlah umat ini akan dimenangkan, tapi persoalan kualitas pengusungnya. Karena berislam itu adalah soal amal. Maka berilmulah dahulu sebelum beramal.
Tidak ada kata learning by doing dalam berAmal. Oleh karena itu penuhilah masjid-masjid, datang ketika undangan fajar tiba, lebarkanlah halaqah-halaqah, dan datangilah majelis ilmu. Dihadapan kita bukanlah sebuah kiamat besar yang akan datang menjemput setiap yang masih bernafas. Namun yang akan hadir adalah kejayaan Islam, dimana digambarkan oleh para ulama kualitas pengusungnya seperti para sahabat sepeninggalan Rasulullah Saw.
Komentar
Posting Komentar