Idealisme Seorang Perempuan


 

Perempuan itu tenga guncah, hatinya diselimuti kebimbangan. Seorang lelaki di zaman SMA yang menyukainya sejak duduk di kelas satu SMA datang untuk meminta komitmen menikahinya setahun kedepan. Sementara perempuan ini sama sekali tak menaruh pernikahan sebagai hal yang harus segera diwujudkannya. Pernikahan sama sekali tak pernah terlintas di benaknya sejak duduk di bangku perkuliahan. 


Lelaki itu baik, sangat baik, dan selama jauh dari si perempuan yang ia idamkan. Lelaki itu mengukir banyak prestasi untuk ia buktikan kepada si perempuan yang diidam-idamkannya. Tak hanya itu, ia juga menjaga hatinya. Menjaga perasaan yang ia miliki kepada si perempuan yang diidolakannya. Meski telah banyak perempuan yang mencoba mendekatinya, hatinya tetap pada si perempuan yang entah ia menyukai siapa. 


Tapi tenang saja. Perempuan yang diidolakannya benar-benar tak menaruh hati pada lelaki manapun. Perempuan ini sibuk; mengurus kuliah, organisasi kampus, dan agenda-agenda kemanusiaan lainnya. 

"Sekarang saya berada di Surabaya untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah, terima kasih atas nasehat semasa SMA itu. Ternyata organisasi tak menghancurkan akademik..." (Pesan lelaki tadi kepada si perempuan melalui sebuah sms)


"Tunggu saya, bulan september tahun depan. Saya akan datang untuk melamar." (Lanjut sms itu)


________


"Terima kasih, kiranya ini adalah pesan terakhir antara kita. Tak ada komitmen sebelum pernikahan. Jika benar serius. Buktikan." (Tegas, balasan chat si perempuan yang diidolakan)


_________


Entah telah berapa lama mereka tak komunikasi. Semua media sosial si laki-laki di blokir kecuali email. Lelaki itu kembali mengirim pesan melalui email; "Tunggu saya tahun depan..."


Tak ada balasan dari si perempuan. Sungguh kesibukannya telah membuat hatinya tak mudah termakan janji-janji seorang lelaki.


____________


Hari berlalu. Tak ada lagi kabar dari lelaki itu. Namun kini, si perempuan kembali dibuat bimbang oleh seorang laki-laki. Teman masa kecilnya, lelaki itu nampaknya juga serius padanya. Teman masa kecil yang dianggap sebagai kakak sendiri, kini menyatakan perasannya. 


"Dik, sudah siap menikah?.."


Pertanyaan itu tak dibalas. Teman semasa kecil ini tak mengganggu. Ia hanya menanyakan kabar, mengirimkan buku-buku bacaan, sembari sibuk menghafal al-qur'an di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Makassar. 

_________


Idealisme perempuan itu benar-benar diuji. Hingga seorang lelaki lain datang sebagai sosok yang sangat menjengkelkan. Lelaki ini benar-benar menguji kesabaran si perempuan. Ikut campur dalam setiap masalah-masalah yang dihadapi perempuan, membantu menyelesaikan masalahnya, memberikan solusi, memfalisilitasi untuk agenda sosial, dll. 


Perempuan itu tau bahwa perasaannya berbeda kepada lelaki menjengkelkan ini. Ia pun segera menepis dan menghilangkan perasaan itu sebisa yang ia mampu. Menyibukkan diri kembali, memblokir semua akun media sosial lelaki menjengkelkan dan memulai kehidupan baru mengisi liburan kuliah dengan masuk di pesantren. 


Sungguh perasaannya kepada lelaki menjengkalkan tak mau hilang. Hingga waktu liburan pun usai, ia meninggalkan pesantren dan kembali di kampus. Kali ini berbeda, sebab ada project kemanusiaan yang baru. Ia bersama relawan-relawan dari berbagai kampus di sulawesi tergabung dalam sebuah project kemanusiaan. Sungguh perempuan ini sibuk, dan sama sekali tak memikirkan pernikahan sebagai hal yang harus disegerakan. 


Dan lagi-lagi, idealismenya diuji. Beberapa lelaki yang tergabung dalam project kemanusiaan selalu mengirimkan pesan padanya melalui instagram. "Kak, sudah siap nikah?" Pertanyaan yang kerap ia dapatkan dan selalu saja menjadi masalah buatnya. Diantara lelaki-lelaki yang tergabung dalam project kemanusiaan itu, perlakuaannya baik dan begitu berbeda. Sayangnya mereka tak berani mengambil konsekuensi atas pertanyaannya; jika serius, datangi walinya. 


_______


Kegamangan-kegamangan perempuan idealis ini nampaknya masih berlanjut. Hingga lelaki si lelaki yang menurutnya sangat menjengkelkan ingin menikahinya. "Dik, sudah siap menikah? saya serius dan akan sangat serius..."


Lelaki menjengkelkan itu benar membuktikan perkataannya. Mendatangi kedua orangtua si perempuan dan mendapatkan restu. Kemudian mengurus semua keperluan pernikahannya. (Tak ada chat diantara mereka, semua berjalan masing-masing hingga hari yang dinanti-nanti itu tiba)


_______


Lagi-lagi perempuan idealis itu diuji. Seorang teman yang tak tahu bahwa perempuan ini telah dilamar mengatakan; "Ukh, ini ada ikhwan mau ta'aruf dengan anti. Ikhwannya mapan, sarjana, pintar masak, dan punya usaha sendiri."


Perempuan mana yang tak menolak diajak ta'aruf oleh lelaki yang disebutkan akhwat diatas. Tapi sayang, perempuan ini idealis. "Afwan ukh, saya sudah dilamar dan sebentar lagi akan menikah. Sampaikan permintaan maaf saya kepada si fulan. Semoga segera dipertemukan dengan perempuan impiannya."


------------


Sungguh, perempuan ini idealis meski hatinya tak enakan. Setelah tanggal pernikahan di tentukan. Semakin hari pernikahan kian dekat. Perempuan ini memutuskan untuk mengabari lelaki-lelaki yang pernah berharap, tak berani mengambil konsekuensi dan akhirnya ditinggal nikah. "Bismillah, maaf atas setiap kesalahan. Bulan depan saya akan menikah dengan lelaki pilihan saya. InsyaAllah. Terima kasih." (Pesan perempuan idealis melalui WhatsApp)


__________


Sejak saat itu, mereka tak lagi menghubungi si perempuan idealis. Kecuali mengirimkan pesan ucapan selamat, hadiah pernikahan, dan datang sebagai tamu undangan. Selepas itu, selepas si perempuan idealis Sah menjadi istri orang. Maka pupuslah harapan lelaki-lelaki tadi. Dihapusnya kontak wa si perempuan idealis, diunfollownya dari akun instagram dan fb. Namun sayang, perasaan tak semudah itu dihilangkan. Mereka ternyata masih sering menstalking akun perempuan yang pernah mereka idamkan. 


Perempuan idealis telah bahagia bersama lelaki menjengkelkan yang berani bertanggungjawab atas perasaannya. Semoga lelaki-lelaki dalam cerita diatas pun demikian, dan segera dipertemukan dengan kekasih impian. 


Tak perlu khawatir berlebih atas "siapa jodohmu? kapan menikah? dll" Sebab Allah selalu tahu waktu yang tepat disaat semuanya telah siap. Tugasmu adalah memperbaiki diri, membenahi diri, menyibukkan diri dalam kebaikan. Hingga seseorang yang dinanti-nanti datang dengan sangat bertanggungjawab memintamu kepada walimu. 


Terima kasih telah membaca, semoga penantianmu berkah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup