Mencintai Kehilangan


Tersebutlah seorang lelaki dan seorang perempuan yang saling menyukai. Keduanya dekat, rasa nyaman yang timbul akhirnya membuat mereka merasa mantap untuk menjalin ikatan pacaran. Teleponan, chattingan, dan perhatian-perhatian khusus saling mereka lemparkan walaupun jarak diantara keduanya cukup jauh. Namun, tak berselang lama ikatan itu terjalin. Si perempuan mantap untuk memutuskan ikatan yang tak mendapatkan ridha Allah itu. Bukan karena ada lelaki lain, bukan karena merasa bosan, bukan karena tak cinta, tapi perempuan itu mendapatkan hidayah yang kemudian membuatnya harus meninggalkan apa-apa yang tak diridhai Allah.


*****


Sejak perpisahan itu, si lelaki mencoba untuk mengerti bahwa keputusan si perempuan yang ia cintai benar adanya. Tidak ada jaminan bagi mereka akan terhindar dari fitnah kecuali keduanya yang berusaha untuk menghindarinya. Si perempuan awalnya merasa berat hati, merasa sesak di dada karena harus meninggalkan lelaki yang ia cintai itu. Tetapi, lambat laun keduanya belajar untuk mencintai kehilangan. Mereka percaya bahwa bila berjodoh, Allah akan satukan dengan cara yang tepat diwaktu yang tetap.


*****


Si perempuan menyibukkan dirinya menjadi seorang hafidzah quran. Si lelaki ternyata juga sudah hijrah dan menjadi hafidz quran. Keduanya tak pernah lagi berkomunikasi, tak pernah berkirim kabar. Namun ternyata si lelaki itu masih tetap mengharapkan si perempuan. Kali ini bukan dengan mengajak pacaran, lelaki itu mengikhtiarkannya lewat doa, sembari terus berusaha untuk menghalalkan perempuan idamannya itu.


Hingga suatu hari, lelaki itu mengirimkan sebuah buku berjudul 'KHADIJAH' kepada si perempuan. Dengan harapan semoga kelak perempuan itu bisa mendampinginya seperti Khadijah mendampingi Rasulullah. Si lelaki ini tak pernah mengungkapkan apa-apa kepada si perempuan. Ia mencintai dalam diam, meminta dalam doa, dan menyerahkan segala putusan kepada Sang Pemilik Cinta; Allah.


*****


Si Perempuan, ia menerima buku itu tanpa berpikir apapun. Ternyata, rasa cinta yang dulu membuatnya sesak untuk melepaskan. Kini telah berganti menjadi sebuah keikhlasan yang ia genggam dalam perjalanan hijrahnya. Kesibukannya menghafalkan Alquran dan menjadi seorang pengajar membuatnya tak lagi memikirkan pernikahan sebagai tujuan yang mesti disegerakan. Baginya ia perlu mempersiapkan diri, memperbaiki diri hingga sampai pada titik kepantasan. Ia percaya bahwa suatu hari nanti. Akan datang seorang lelaki yang juga adalah cerminan dirinya.


*****


Apa yang terjadi selanjutnya? 


Singkatnya, perempuan teduh ini akhirnya dipersunting oleh seorang hafidz quran. Seorang lelaki yang belum pernah ia temui sebelumnya. Seorang lelaki yang dikenalnya melalui sebuah proposal ta'aruf yang diajukannya pada Murobbinya. 


Lalu, bagaimana dengan si lelaki pertama tadi? Lelaki yang juga hafidz qur'an itu? 


Kabar pernikahan perempuan yang sedang berusaha ia ikhtiarkan itu kini telah sampai padanya. Mendengar kabar itu, si lelaki tak marah, tak kecewa, tapi ia ikhlas "inilah takdir Allah, sebetapapun saya berusaha. Kalau itu bukan untukku, maka Allah pasti akan jauhkan" ... dan benarlah, Mencintai kehilangan.


Tahun berlalu, lelaki yang juga hafidz quran ini pun menikah dengan seorang hafidzah quran. Setelah perjalanan panjangnya mencintai kehilangan. Ia percaya bahwa apa-apa yang ditinggalkan karena Allah, maka Allah akan gantikan dengan yang lebih baik. 


Inilah akhir dari perjalanan Mencintai Kehilangan. Kisah dua orang lelaki dan perempuan yang kemudian saling belajar untuk mengikhlaskan dan menerima takdir terbaik yang Allah berikan. 


*****

al Faqir Ilallah,

Dian Rahmana Putri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup