Menjadi Istri Da'i


Saat amanah dakwah terasa kian berat. Saat satu persatu para kader berguguran di medan dakwah. Saat pundakmu terasa lelah memikul amanah dakwah sendirian. Allah Maha Baik, mengirimkan seorang lelaki yang juga memiliki visi dan misi pernikahan yang sama. Bersama di jalan dakwah. 


Engkau, telah terpilih menjadi seorang istri da'i. Engkau telah dipilih membersamainya hingga jannah-Nya insyaAllah. 


Menjadi istri da'i yang padanya teremban tugas-tugas peradaban. Saling menguatkan di jalan dakwah yang berliku. Saat suami menempuh berkilo-kilo meter jarak untuk menyampaikan syiar agama Allah dengan penuh kesabaran, dengan penuh cinta. Tak boleh ada yang terluput. Mengikuti agenda musyawarah bulanan, kajian harian, tahsin pekanan, tarbiyah, dan agenda-agenda penting keagamaan lainnya. Seorang istri da'i harus mampu mengikhlaskan dan meridhoi setiap langkah suaminya di jalan dakwah. Mengenyampingkan segala ego demi dakwah, demi ummat tercinta. 


Inilah konsekuensi menjadi istri seorang da'i.


Pernikahan adalah ibadah terlama sedang kehidupan pernikahan adalah langkah-langkah ketaatan kepada Allah. Begitu pula dengan pernikahan sepasang aktivis dakwah. Bukan sekadar menikah yang biasa namun pernikahan di jalan dakwah ini juga bukan berarti membuat ekslufitas atau menutup diri dari sesama. Pernikahan merupakan batu-bata (bahan bangunan) yang baik untuk membangun keluarga yang shalih dalam masyarakat. Bila setiap keluarga Muslim memiliki kesadaran yang sama untuk membangun peradaban Islam dan meneggakkan nilai syariah dalam setiap keluarga sesungguhnya itu proses dakwah kultural yang sangat efektif. Keluarga dakwah menjadi silent operation alias operasi senyap untuk menghadirkan Islam yang lengkap di tengah masyarakat.


Menjadi seorang istri da’i adalah berarti menjadi seorang yang diamanahkan untuk menjadi penjaga ketaatan, saling menghimpun ketaatan dan menjadikan rumah tangga barokah. Barokah dalam duka cita, bertambahnya kebaikan di sisi Allah. Kadang-kadang mendapatkan kenikmatan lalu bersyukur, kadang-kadang mendapatkan ujian lalu bersabar. Dua kunci kehidupan rumah tangga yang kadang terluput yaitu syukur dan sabar. Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda dan tidak akan pernah sama. Karena sebagai mana ciptaan Allah yang lain. Semua memiliki peran yang berbeda satu sama lain. Tidak saling tumpang tindih atau menghancurkan, tapi semuanya diciptakan untuk saling melengkapi juga menyeimbangkan. Begitu pula laki-laki dan perempuan.


Pernikahan tak berhenti pada akad nikah, ijab qobul, walimah lalu setelah itu bersenang-senang sesuka hati. Tidak. Akan tetapi follow up-nya dalam bentuk tarbiyah Islamiyah untuk merawat, menumbuhkan, mengembangkan dan menjaga pribadi shalih-shalihah. 


Bila setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru. Begitulah yang kita rasakan dalam pernikahan. Pasangan kita adalah cerminan kita, sahabat kita, partner kita, mitra kita sekaligus guru kita. Menikah dan membangun keluarga adalah menemukan persamaan dengan menyadari keniscayaan perbedaan. Pernikahan merupakan medan tarbiyah ruhiyah yang luar biasa. Ada sumur untuk menimba sikap dan sifat jujur. Ada keran untuk mengalirkan rasa simpati dan ringan berbagi. Ada dinding untuk menghijabi aib dan menyimpan masalah penting dan menyandarkan diri saat genting. Ada pilar untuk belajar sabar; sadar dan berlatih tegar. Ada ruang yang luas untuk menerapkan ketulusan yang riang. Bilik untuk mendidik perilaku menarik. Teras untuk menikmati rasa ikhlas yang kadang tak berbalas.


Suami adalah pakaian untuk istrinya. Dan istri adalah pakaian untuk suaminya. Membangun keluarga surga bukanlah menabur bunga mewangi yang harum semerbak tiada henti. Bukan. Yang pasti akan ada onak dan duri yang menghiasi, ada godaan yang mengitari, rayuan yang mengiringi, hambatan yang merintangi, tantangan yang mengusik hati, ujian untuk menyeleksi, musibah yang menguatkan hati, dan berbagai prahara yang mengguncangkan pijakan hati. Semua itu adalah Sunnatullah dalam menempuh cita meraih bahagia. Karenanya, bersabarlah di atas jalan ini, jangan mudah lari atau menghindari kalau aneka problema menghampiri. Nikmati. Karena itulah, bumbu penyedap dalam hidup ini. Seorang mukmin harus selalu menguatkan kesabaran dalam segala hal, dengan mencontoh keteladanan para Nabi. 


Pernikahan sebagai zakat kehidupan. Karena di dalamnya kita berpikir untuk memberikan yang terbaik, berkorban untuk kebahagiaan bersama pasangan cinta, mengurangi hak-hak kita untuk dinikmati bersama, membersihkan hati dan melapangkan dada dengan segala kelebihan dan kekurangan pasangan, mengambil kekayaan potensi yang kita miliki dan memberikannya sebagai prestasi keshalihan bersama. Allah memperingatkan agar jangan sampai kaum mukminin mendapatkan murka-Nya, kabura muqta 'indallahi an-taquulu maa laa taf'alun maka sejak awal menikah, ikatkan hati pada nilai-nilai ilahi dalam rabbaniyatun nikah. Pernikahan dalam naungan nilai-nilai Rabbani. Keluarga dalam bimbingan syar'i. Berumah tangga dengan tuntunan Nabi. Bergerak dalam langkah suci dakwah di jalan para Rasul dan para Nabi, menjadi da'i sepanjang hari sampai mati.


Hangat di rumah bersemangat di medan dakwah, itulah keluarga yang memiliki visi dan misi lalu bergerak memberikan kontribusi untuk mengembalikan peradaban dengan khairu umat sebagai pimpinan dan keteladanan. Inilah gagasan dan cita-cita mulia keluarga yang kita bina. Bukan sekadar ikatan formal namun pertalian yang kekal. 


Tulisan ini untukmu, untuk setiap perempuan yang padanya diberikan amanah menjadi seorang istri dan bercita-cita menjadi seorang istri da'i. Bersabarlah dalam ketaatan, teguhlah dalam mendampingi setiap langkah sang da'i. 


Bersabarlah dalam penantian. Maksimalkan peran dalam dakwah. Sebab kelak yang engkau dampingi adalah seorang da'i. Bagaimana mungkin engkau akan bertahan mendampinginya, jika amanah dakwah yang diberikan padamu saja engkau tak kuat. Bertahanlah, bersabarlah, dan teguhkan kesabaran. 


Semoga Allah memudahkan tiap langkah kebaikan kita. Aamiin


Dian Rahmana Putri 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup