Kelana Sunyi

 


Ada yang kau dengar jelas hanya pada hening paling sunyi. Suara hatimu sendiri. Yang merindu langkah senja dari jendela angkutan kota tua yang hanya kau sendiri menumpanginya.

Seekor kupu-kupu keluar dari sampul buku puisi yang baru saja kau beli. Iya hinggap sejenak untuk kau abadikan dengan cahaya dan kata-kata. Betapa pula kau merindukan dirimu yang utuh yang bisa tersenyum tanpa harus menunggu dipeluk oleh siapapun. Sebab, rentang tanganmu sendiri adalah pelukan paling hangat, paling ikhlas. Sebagaimana jemarimu yang paling mampu membasuh air matamu, ia hafal betul Di mana letak mata airnya. 

Rasanya, sudah lama sekali sejak terakhir kali kita merasakan aroma jalanan yang lengang. Bukan hanya oleh kendaraan yang ribut oleh kata-kata yang dihadapannya kita tertunduk malu mengakui segala dusta. Rasanya, ingin sekali kau menikmati kembali sajak sajak masa lalu yang membuatmu menatap langit sambil tersenyum. Kapan terakhir kali kau tersenyum sedamai itu? 

Terakhir kali, saat cinta adalah dengup di hati yang tak pernah mengharap balas. Terakhir kali, saat bahagia adalah mengeja kata di ruang hening, yang sepi, yang sunyi, yang senyap, yang paling jujur untuk mengakui, terkadang memang kita selalu lelah dengan diri kita sendiri. 


Bumi Allah

Kelana Sunyi, Arrifa'ah 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup