Pantaskah Kita Digelari Ustazah


Dihadapan banyak orang barangkali kita dikenali sebagai sosok ustazah. Lalu, pantaskah gelar itu ada pada kita? 

Pantaskah diri digelari ustazah hanya karena pernah belajar di pesantren? 
Pantaskah diri digelari ustazah hanya karena punya hafalan qur'an berjuz-juz? 
Pantaskah diri digelari ustazah hanya karena berstatus pengajar di pesantren? 
Pantaskah kita digelari ustazah hanya karena hafal banyak matan, hadits, hanya karena kita memiliki sanad? 
Pantaskah kita berbangga atas gelar 'ustazah' yang diberikan pada kita?

Masihkah pantas di sebut ustazah jika semangat mengajarkan ilmu di keramaian dan melemah kala sendirian? 

Masihkah pantas kita disebut ustazah jika ilmu-ilmu yang kita pelajari saat mondok hanya sebatas pikiran saja? Sulit untuk mengamalkan dikehidupan sehari-hari?

Masihkah pantas di sebut ustazah jika hanya sebatas dipelajari, namun lupa diamalkan? 

Barangkali kita hanyalah sebatas yang ingin 'digelari ustazah,' barangkali kita hanya sebatas senang jika 'dipanggil ustazah,' barangkali perasaan-perasaan itulah yang akhirnya membuat kita melabeli diri sendiri sebagai 'ustazah'.

Ustazah adalah soal keteladanan. Menuntut kita menjadi qudwah hasanah, bukan sekadar mumtaaz khitobah.

Sungguh keteladanan lebih penting dari sekadar menganjurkan. Jangan sampai kita mengaku sebagai ustazah, namun nyatanya kita malah menghancurkan dakwah karena sikap buruk kita.

Jangan sampai kita pandai mengajak pada kebaikan. Namun nyatanya kita malah asik dengan keburukan. Na'udzubillah.

Semoga Allah ampuni kesombongan yang ada, rasa ingin di puji dan segala niat yang tak lurus dalam hati kita. Yahhh, dalam hati kita yang hanya Allah dan kitalah yang tahu apa yang tersembunyi di dalamnya. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup