Terhubung

 


Orang-orang yang pernah mengukir kecewa di hati kita biarlah berlalu. Kita harus berusaha untuk memaafkan kesalahan mereka, sebanyak apapun itu. Sebab, rasa-rasanya, memaafkan orang lain itu penting bagi diri kita sendiri. Agar lebih mudah bahagia dan lebih mudah merasakan beragam hal yang sebenarnya menjadi milik kita. 

Dalam hidup, kita sering menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan. Terutama bila kita sudah memiliki ekspektasi terlebih dahulu. Ada juga hal-hal yang tidak sesuai dengan situasi yang kita inginkan.

Dalam hidup, kita banyak mengalami kekecewaan padahal hal-hal semacam itu. Padahal hal-hal yang membuat kita ingin menentang, membantah, melawan. Hanya, kita tidak memiliki kekuatan sebesar itu. Kita hanya bisa melawan dengan batin. Kita tak berdaya pada takdir takdir yang terjadi, keputusan-keputusan yang diambil, dan jalan-jalan yang telah dipilihkan untuk kita. Perasaan tak berdaya serupa di ruang tunggu saat menanti kereta. Kita tidak berdaya untuk mengendalikan waktu, membuat kereta datang dan berangkat lebih cepat. Atau seenak hati membuatnya menyesuaikan dengan waktu kita.

Momen ketika kita kehilangan kendali atas sesuatu yang ingin sekali dikendalikan adalah momen yang tepat untuk membisikkan pada hati kecil agar meredakan kegelisahan, kekhawatiran, dan kemarahan. Redakan semua perasaan hingga dalam batas wajar. Mau bagaimanapun bentuk luapan emosi itu, semua tak akan berubah. Takdir tetap bekerja sebagaimana mestinya, tak peduli kamu marah atau bersedih.

Seperti saat kereta yang akan tetap berangkat tak peduli kita terlambat karena alasan apa. Redakan, redakan, redakan. Barangkali memang itu takdir terbaik yang harus kita jalani. Sekalipun saat menjalaninya, kita sama sekali tidak bisa memahami kenapa itu harus terjadi, dan kenapa harus kita yang mengalami.

Redakanlah semua perasaan yang meluap-luap. Karena bisa jadi jika kita tak mampu mengendalikannya, justru akan merusak banyak hal di sekeliling. Redakanlah, pecahkan tangis bila memang kita sudah tak bisa menahannya. Menangislah jika perlu, sampai reda gemuruh di dadamu. Sampai reda air matamu. Karena hidup memang tak mesti berjalan sesuai yang kita mau. Dan kita harus siap dengan kekecewaan. 


Bumi Allah,

Memberi Ruang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup