Koridor Taat

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)"

Karena kita tahu, seringkali ketidaksukaan kita hanyalah terjemahan kecil dari ketidaktahuan. Belajar agar cinta kita berhenti di titik ketaatan, meloncati rasa suka dan tidak suka. Karena yang tampak indah selalu harus diperiksa dengan ukuran kebenaran.
Maka taat adalah prioritas yang kadang membuat perasaan perasaan terkibas. Hingga cinta pun bersujud dalam mihrab taat.

Dalam setiap pilihan hidup, seorang mukmin beristikharah pada Allah. Tetapi shalat istikharah itu hanya salah satu tahapan saja, sebagian dari tanda kepasrahannya kepada apa yang dipilihkan Allah bagi manusianya. Untuk dunia, agama dan akhirat manusianya. Istikharah sesungguhnya dimulai jauh sebelum itu ; dari rasa taqwa, menjaga kesucian ikhtiar dan kepekaan dalam menjaga hubungan baik dengan Allah

Ketika semuanya telah di jalani dengan apa yang diaturNya, maka istikharah adalah saat bertanya :
Pertama : Pantaskah kita dijawab olehNya ?
Kedua : Seperti apa jawab itu ?
Ketiga : Beranikah kita untuk menerima jawab itu ? Apa adanya.
Karena itulah sejujur-jujurnya jawaban. Disitulah letak furqaan, kepekaan khas ketaatan.

Soalnya bukanlah diberi atau tidak diberi. Soalnya bukan diberi dia atau diberi yang lain. Urusannya adalah tentang bagaimana Allah memberi. Apakah diulungkan lembut dengan cinta ataukah dilempar ke muka penuh murkah. Bisa saja yang diberikan sama tapi rasa dan dampaknya berbeda.
Bisa saja yang diberikan pada kita berbeda dari apa yang diharap hati, tapi rasanya jauh melampaui.

Kita lalu menjaga diri atas hubungan-hubungan antara manusia, bahwa berbicaranya lelaki dan wanita memiliki adab tersendiri. Bahwa diantara kata-kata, ada yang berubah menjadi sihir berbahaya.

Tetaplah dalam koridor taat
Taat dalam perjalanan
Perjalanan menemukannya

Cinta tidak pernah meminta untuk menanti. Seperti Ali, ia mempersilahkan atau mengambil kesempatan. Pertama adalah pengorbanan, kedua adalah keberanian.

Pandailah bertanggungjawab atas setiap perasaan sendiri

[Bulu dua, Januari 2018]

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup