Hujan Bersama Kereta Dakwah

Kehidupan kita di dunia ini pada hakikatnya adalah bak perjalanan seorang musafir. “Bagaikan pengendara yang berteduh di bawah pohon, setelah itu ia pergi lagi dan meninggalkan pohon itu.” (al Hadist)
Perjalanan mereka mengendarai kereta dakwah, simbol gerbong para aktivis dakwah. Di dalamnya terdiri dari jenis manusia unggul, safarnya ke arah yang tetap dengan langkah yang mantap, tidak dapat dihalangi oleh berbagai penghalang dan tidak menoleh ke belakang. Serta tidak ada yang membelok dari jalan dakwah kecuali yang berpenyakit.

Romantika laju kereta dakwah tak sehalus kain sutra, tak setenang air pegunungan. Tak secepat yang kita bayangkan

Ada kalanya engkau Harus mengantri, terjebak dalam penantian hanya untuk sepotong kertas. Penuhnya kursi di gerbong Dakwah membuatmu harus berdiri bedesak desakan dengan penumpang lainnya.
Ada kalanya engkau harus menunggu, menanti kereta yang tak kunjung datang, penantian yang panjang membuatmu lelah hingga engkau tertinggal kereta dakwah.

Hingga hujan membersamai kereta dakwah, pertanda rezeki kian turun dari langit , pengingat lelah letih yang terasa di kafilah ini, hanya sebagian derita kecil yang di alami.

Di tiap fase, selalu ada pekerja-pekerja dakwah yang kelelahan, jika mereka lelah karena mengusung kebenaran, niscaya Allah akan menguatkan mereka, tapi jika mereka lelah karena tergoda dunia, maka akan ada banyak pekerja lain yang bersedia menggantikannya. Dakwah tak akan kehabisan pekerja, ikut atau tidaknya kita kereta dakwah terus melaju menuju surga.

Jika dakwah adalah jalan yang panjang. Jangan pernah berhenti sebelum menemukan penghujungnya.

Jika dakwah bebannya berat, jangan minta yang ringan. Tapi mintalah punggung yang kuat untuk menopangnya.

Jika pendukungnya sedikit, Maka jadilah yang sedikit itu

Orang-orang besar terlahir karena beban perjuangan bukan menghindar dari peperangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup