Balada Mahasiswa Masa Kini

Mahasiswa dipandang sebagai kekuatan pemuda yang masih netral, lugu, bersih dan terbebaskan dari kepentingan-kepentingan kekuasan. Makanya sangat wajar ungkapan yang dikemukakan Soekarno, “Berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengubah dunia”. 

Mahasiswa sering disebut sebagai agen perubahan, tapi sekarang mahasiwa pada umumnya adalah agen yang dirubah. Kampus saat ini tidak lagi mengajarkan kemandirian pada mahasiswanya, yang ada kampus hanya menuntut mahasiswa untuk bisa lulus tepat waktu dengan IPK diatas rata – rata. sangat disayangkan, tugas utama perguruan tinggi kian terlupakan: mencetak agen perubahan. Mahasiswa dan pemikiran adalah sebuah simbiosa yang tidak bisa dipisahkan. 

Saat ini mahasiswa banyak yang berpikir general tidak terstruktur dan tidak berorientasi kedepan. Lahir dan tumbuh diera internet dengan segala kemudahan yang di dapat namun malah tak membuat mahasiwa sekarang menjadi lebih hebat, mantap dan bermanfaat dari mahasiswa era Soe Hok Gie. 

Mahasiswa kini tidak lagi memiliki nilai yang harus di perjuangkan karena logika berpikirnya telah berubah dan di kendalikan oleh hasrat individualisnya, cenderung apatis, heroik, hedon, akademik, kuper dan sebagainya. Identitas mahasiswa kini menjadi bias, tanpah arah, mahasiswa kini kehilangan jati dirinya sebagai mahasiswa. 

Era matinya mahasiswa kini telah lahir dan hanya meninggalkan jejak-jejak sejarah yang dulu menjadi kenangan bagi pergerakan dan spirit mahasiswa. Banyak mahasiswa dinegeri ini yang masih peduli akan masa depan negeri tetapi kepedulian mahasiswa tersebut sudah teracuni oleh kepentingan-kepentingan pribadi. 

Alhasil kesadaran mahasiswa pun berada dalam tingkat kesadaran naif menurut Paulo Freire, mengetahui adanya sebuah kesalahan dan ketidakadilan, tetapi mendiamkan sebuah kesalahan dan ketidakadilan yang terjadi disekitarnya. Sama seperti halnya dengan yang buruk, selalu ada kebaikan yang menyertainya. Selama tidak menjajah kemerdekaan orang lain, lakukanlah apa yang dianggap baik. Tidak ada yang mengetahui apa yang terbaik selain diri sendiri. Menimbang segala saran adalah baik, tapi hanyut dalam pusaran saran bukanlah tindakan yang bijak. 

Lakukanlah apa yang ingin dilakukan dengan penuh kesadaran dan pertimbangan yang matang. Karena pada akhirnya kita sendiri yang menjalani dan semua akan kembali pada ‘kesunyiannya’ masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup