Senja dimusim hujan
Manusia memang tak pernah tahu, karena Allah - lah yang maha tahu.
Begitulah aku, yang tak tahu dimana dan apa asal muasal dari cerita ini.
Cerita di bulan november sepertinya penghujung kisah indah tahun ini. Meski semua berawal dari ketidaktahuan, juga berakhir dalam ketergantungan.
Tentang ketidaktahuan atas sebuah permulaan. Yang bersambung seperti cerita perfilm-an. Mungkin nampak agak lucu, tapi ia sedikit agak seru.
“Terkadang, kisah besar dalam kehidupan seseorang berawal dari satu titik kecil yang tidak kita sadari di masa lalu” (Infinitum). Barangkali, beginilah cara Allah menyadarkan kita tentang titik kecil itu.
Hujan di penghujung november adalah pertanda bagi senja yang akan sulit ditemukan pada setiap sorenya. Seperti biasanya, “Rindu itu lahir dari jarak yang berjauhan dan keadaan yang penuh keterbatasan”. Begitulah senja yang dirindu karena jarangnya ditemukan di musim penghujan.
Angin berdesik lewat iringan hujan yang berjatuhan, dedaunan pun berlepas dari ranting pepohonan. Pertanda bahwa embun mulai menggelayut di dinding - dinding bangunan serta memburamkan kaca - kaca ruangan.
November dan aku,
Adalah hari dari rangkaian perjalanan rindu yang kujejak di akhir tahun. Belajar menghadirkan ikhlas dalam hati untuk memperjuangkan cinta sejati.
Jika saja rindu untuknya adalah sebuah kesalahan, maka izinkan daku untuk memendam ia dalam - dalam. Tapi, Jikalau saja rindu itu hadir bukan disaat yang tepat, izinkan aku memendam ia rapat - rapat untuk sesaat hingga waktunya tepat.
Senja yang kurindu karena semburat cahayanya, Seperti ia yang kuharap dengan penuh kesederhanaannya.
Senja yang ditutupi awan yang membawa hujan, seperti ia yang mencipta jarak demi ketaatan.
Perempuan rahasiaku..
Kalaulah langkah itu sudah menjadi keharusan atas sebuah kepatuhan, maka tak perlu ada yang kita sesali dari pilihan yang kita jejali.
Serahkan saja padaNya…
Khr’
Makassar, 28 November 2017
Komentar
Posting Komentar