Hingga nanti

Aku tidak pernah paham akan perasaanku
Sebagaimana saat rasa menghampiri tanpa permisi
Bagaimana mulanya
Hingga rindu tenggelam
Dan akhirnya belajar bahwa adalah ikhlas yang tak pernah kecewa

Aku tidak pernah paham akan perasaanku
Tapi aku mengerti bahwa selamanya cinta tak harus dimiliki
Inilah aku dan sajak-sajakku
Ia tak bertuan
Bukan sebab tak ingin merasakan
Genggaman dan sandaran yang akan melengkapi kekuatan

Namun, tumpuan yang belum saatnya tertumpu juga akan hambar ia kan ?
Ini aku dan sajak-sajakku
Kau boleh membacanya tapi tak dapat memilikinya
Sekian lama, hingga benar
Tuan datang, tepat dipelantaran rumahku
Bukan...
Datang diberanda sajak-sajakku

Inilah aku
Perempuan bersajak
Menikmati setiap asa bersama kertas-kertas putih dan pena yang siap ditikam tinta

Aku tak pernah paham akan perasaanku
Sebagaimana orang-orang menerka arti hujan dan senja yang salah memilah
Meski aku pernah 'sekali' menaruh harap pada ia yang tak seharusnya

Hanya sebentar...
Membuatku terbentur kemudian terbentuk
Bahwa adalah Allah tempat segala Harap dan pengharapan

Aku telah pulih,
Bukan berarti melupakan orang-orang yang pernah singgah
Ini hanya persoalan waktu
Dan rasanya betul
Aku perlu mengucap 'Terima kasih'
Pada siapa pun itu
Hingga akhirnya
Hatiku selalu lapang untuk memaafkan deluan

Aku tak pernah paham akan perasaanku...
Tapi aku juga tak boleh ego
Aku harus mengerti bahwa hatiku kelak akan dimiliki oleh seorang laki-laki yang menambatkan pilihannya tepat dalam sebuah ikrar

Aku tak pernah paham akan perasaanku...
Sebagaimana kita yang belum bersatu dan menyatukan diri

Tenanglah, sayang...
Ini hanya sebentar

~Hingga nanti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup