Ngakunya M A (H A) S I S W A

Pemuda ? Siapakah mereka ? Apakah mereka yang tampil beda atau yang menempatkan dirinya berada di zona transisi ? Apakah mereka yang sibuk dengan dunia yang begitu gemerlap atau mereka yang melawan gemerlapnya dunia untuk suatu perubahan ? Apakah mereka yang sibuk dengan urusan cintanya atau mereka yang meninggalkan cintanya untuk kepentingan orang banyak ? Apakah mereka yang berusia dini atau mereka yang sudah rentan tapi memiliki semangat yang tinggi ? Pemuda, Ingat sumpahmu di negeri ini dan berikanlah yang terbaik untuk negeri dan agama ini. Kalau bukan kita, siapa lagi ? Kalau bukan sekarang, kapan lagi ? Kalau menunggu hari esok mungkin kita sudah mati ?
Ngaku kalau pemuda Indonesia? Jangan asal jadi tukang kritik kalau belum mampu dikritik. Jangan jadi pengatur kalau belum mampu diatur, jangan jadi pemimpin kalau belum mampu dipimpin, jangan suka demo pake bakar bakar kalau nggak mau kena asap. Pemuda indonesia itu kerja nyata, kerja lapang bukan kerja jadi tukang caci bangsa sendiri.

Dewasa ini, istilah mahasiswa semakin sering didengar dalam percakapan sehari-hari, hal ini lantaran maraknya aksi demonstrasi yang mengatasnamakan gerakan mahasiswa yang menuntut perbaikan atas kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang konon tidak berpihak pada rakyat kecil. Namun, apa sebenarnya mahasiswa itu? Tentu ada banyak definisi dan persepsi mengenai kata ini. Menurut Wikipedia.org, mahasiswa atau mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.

Secara global, definisi di atas sudah cukup menggambarkan seperti apa mahasiswa itu sebenarnya, hanya saja secara spesifik, istilah mahasiswa tidak hanya merujuk pada defenisi tersebut, lebih luasnya, mahasiswa bisa diartikan sebagai suatu proses  perubahan diri menjadi dewasa, perubahan tingkah laku dan pola pikir dimana kita bisa membedakan yang mana yang baik dan buruk bagi kita, dan secara otomatis memegang tanggung jawab sebagai pemegang tampuk estafet kemajuan bangsa serta konkretnya tanggung jawab tehadap kampusnya, tanggung jawab terhadap kuliahnya, tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.

Selama beberapa dekade di awal masa kemerdekaan republik ini, peran mahasiswa sebagai tonggak perjuangan bangsa dan gerbang utama pencapaian misi dan tujuan bangsa ini masih dipandang sebelah mata dan tidak begitu dipedulikan keberadaannya. Namun, sejak peristiwa bersejarah pada awal tahun 1998, tepatnya pada bulan Mei dimana ribuan mahasiswa berhasil memaksa presiden Soeharto (preseiden kedua RI sekaligus penguasa Orde Baru) untuk mundur dari jabatannya, peran mahasiswa menjadi sangat diperhitungkan dan tidak bisa dianggap sepele lagi. Betapa tidak, sejak saat itu, upaya-upaya untuk memperbaiki bangsa terus berkelanjutan dan mahasiswalah yang menjadi titik awalnya.

Diantara berbagai upaya tersebut, Tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 mungkin adalah peristiwa yang paling dikenang, pasalnya dalam peritiwa ini, seorang mahasiswa meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka dalam upaya menyuarakan aspirasi masyarakat Indonesia untuk melakukan reformasi pada bangsa ini. Upaya ini memang berbuah sebuah perubahan, tapi siapakah para penggeraknya? Merekalah mahasiswa-mahasiswa Indonesia, yang begitu bersemangat dalam memperbaiki bangsa dan menuntut keadilan bagi semua golongan tanpa terkecuali. Dan kehidupan mahasiswa pada masa itu lebih kurang seperti lirik lagu Totalitas Perjuangan di bawah ini:

Kepada mahasiswa yang merindukan kejayaan

Kepada rakyat yang kebingungan di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan

Sebuah catatan kebanggaan di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenagan

Wahai kalian yang turun ke jalan

Demi mempersembahkan jiwa dan raga untuk negeri tercinta.

Semua uraian diatas yang menggambarkan mahasiswa dan apa yang sudah dilakukan para pejuang muda ini sudah sepantasnya mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya dari kita semua, terlebih sebagai mahasiswa baru, hal tersebut haruslah menjadi panutan bagi kita semua agar menyadari besarnya peran mahasiswa saat ini. Oleh karena itu, menurut penulis, menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah kebanggaan pribadi sekaligus titik awal untuk mengukir prestasi yang lebih cemerlang karena mahasiswa-mahasiswa yang terdahulu sudah membuktikan betapa hebatnya mereka.

Berbicara mengenai mahasiswa, rasanya kurang lengkap jika kita tidak mengulas mengenai tempat dimana mahasiswa menjalani kehidupannya sebagai cendekia muda. Tempat tersebut tentunya adalah universitas atau perguruan tinggi. Lebih akrabnya, tempat tersebut disebut kampus. Kampus, dalam bahasa Latin adalah campus yang berarti “lapangan luas”, “tegal”. Singkatnya, kampus adalah tempat menuntut ilmu bagi para mahasiswa.

Berbeda dengan masa-masa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang konon adalah masa paling indah, dunia kampus tentu mempunyai ciri khasnya sendiri. Akan ada banyak hal baru yang akan kita temui dalam kehidupan kampus, misalnya lingkungan yang baru, orang-orang yang baru dan berbeda kepribadiannya satu sama lain serta berkembanganya pola pikir yang berbeda pula.

Di lingkungan kampus, kesan individualistik cenderung lebih menonjol dan biasanya sifat yang kurang begitu peduli pada sekitar ini dimiliki oleh hampir semua mahasiswa sehingga semuanya berpotensi menganut paham ini. Sesungguhnya hal ini lebih dikarenakan kondisi kampus yang menuntut mahasiswanya untuk menjadi lebih mandiri, namun hal ini bisa kita minimalisir dengan memperbanyak mengikuti berbagai kegiatan di kampus.

Selain lingkungan yang baru dan berbeda dari kehidupan di SMA, di kampus, kita juga akan menemukan orang-orang yang baru, teman-teman baru serta para pengajar baru yang kesemuanya itu memiliki watak dan kepribadian yang berbeda satu sama lain. Hal ini haruslah menjadi kesadaran bagi kita untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, untuk itu, tidaklah berlebihan jika kita menyebut dunia kampus sebagai dunia yang sama sekali baru bagi kita.

Jika dibandingakan pada sisi yang lainnya, perbedaan yang cukup mendasar dari kehidupan SMA dan dunia kampus adalah tujuan menempuh pendidikan pada jenjangnya. Jika pada saat SMA kita dipusingkan dengan berbagai pilihan untuk meneruskan pendidikan selanjutnya maka saat menjadi mahasiswa, kita akan lebih cenderung untuk  memfokuskan diri pada tujuan akhir proses pendidikan tersebut, dan adalah sebuah hal yang klasik menyangkut masalah ini : lapangan kerja. Hal ini secara alamiah akan menguras pikiran para mahasiswa selama menempuh pendidikan di kampus.

Sebagai seorang mahasiswa, rasanya kurang pantas jika rutinitasnya hanya kuliah pulang, kuliah pulang (kupu-kupu) saja. Predikat agen perubahan pun, juga dirasa kurang pantas apabila seorang mahasiswa hanya mencari nilai saat kuliah. Biar tidak dikata seperti itu, maka ada sebagian mahasiswa yang memilih ikut organisasi kampus, jadi aktivis katanya. Entah Hima, BEM, UKM, dan segala macam organisasi mahasiswa lainnya, baik di kampus maupun luar kampus. Bukan semata takut di ejek, tetapi dengan organisasi ini mereka mampu belajar tentang kehidupan bermasyarakat yang sesungguhnya. Karaena organisasi ini merupakan potret kehidupan di masyarakat nantinya. Kelak jika mahasiswa telah terjun ke masyarakat

            Sebagai mahasiswa tentu memiliki idealisme yang tinggi, agen perubahan, katanya. Idealisme ini tumbuh dan berkembang sesuai kepribadiannya masing-masing. Organisasi pun turut membentuk idealisme mahasiswa, ada yang kekiri-kirian, kekanan-kananan, agamis bukan main, dan tak jarang sampai lupa bahwa mereka ini masih berstatus mahasiswa.Saking asyiknya berorganisasi urusan kuliah pun terlupakan. Bukan terlupakan sih tapi terkadang melupakan diri, sehingga ada yang keteteran dalam kuliahnya. Alasanya beragam, ada yang capek, kurang fokus, harus tanggung jawab dengan amanah dari teman, dan masih banyak lagi.

            Ini hanya bebrapa contoh saja, di luar itu masih banyak sekali contoh aktivis yang lulus dengan predikat comloude. Ya, aktif di organisasi. Ya, berprestasi di akademik. Ini lah yang sehausnya ditiru.

Ada tiga hal terakhir yang harus dipahami sebagai bekal dasar untuk mengarungi dunia mahasiswa. Tiga hal ini harus benar-benar terpatri dalam setiap jati diri mahasiswa agar keberadaannya memberikan kemanfaatan dalam hidup ini. Pertama, mahasiswa harus mengenal dirinya sendiri dengan baik. Potensi-potensi apa saya yang ia  miliki. Kedua, mahasiswa harus hidup di dalam problematika yang dialami oleh masyarakat. Mahasiswa harus memiliki rasa kepekaan dan kepedulian terhadap permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Ketiga, mahasiswa harus memiliki visi hidup yang jelas.

Sejatinya orang kerdil adalah mereka yang hidup dan matinya hanya untuk dirinya sendiri. Orang besar adalah mereka yang hidup dan matinya untuk orang lain. Sekarang semua mahasiswa hanya tinggal memilih, kelak mau menjadi seperti apakah mereka? Orang kerdil? Orang besar?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup