Meramu Rasa

Hujan kembali mampir di pintu
Membawa tetesan peluruh
Dalam diksi-diksi tua
Aku memilih menggigil
Meratapi tanah basah
Membawa satu roman pesona
Membentuk lembaran yang gugur
'Senjanya sedang hilang'
Digantikan tokoh hujan

Lapang-dadalah
Ada yang datang berperan mengisi
Ada pula yang pergi sebagai figur kenangan
Pada angin kencang
Pada tangkai usang
Pada daun yang jatuh
Dan akar yang tunggang
Aku baik-baik saja
Jika nanti kau tak juga tiba

Hingga
Senja merah saga dan hujan badai
Paduan ganjil antara hati yang tinggal serta kasih yang dilerai dalam jarak
Semoga waktu tetap berpijak dalam temu bagi kita (doaku)

Dalam sebuah penantian
Aku tak bisa menjadi penjaga dalam jaga menjagamu
Jika jarak dicipta untuk intropeksi diri
Menantilah dengan elegan
Meski dalam amukan batin
Berdoalah,
Rindu akan lebih menyenangkan
Kau tidak apa-apa
Aku baik-baik saja
Kita hanya sedang belajar
Mendamba hamba tanpa lupa pencipta
Memelihara rindu tanpa lalai berdoa
Menjaga rasa dengan hati yang tabah

Saat subuhku berselimut kekalutan
Dalam sujud-sujud hamba berbalut permintaan
Aku tak ingin kau menjadi 'Thulul Amal'
Sekedar angan-angan sahaja

Maka, biarkan kita seperti ini saja
Tanpa saling berkirim kabar
Di satukan atau pun tidak nantinya,
Biarkan Allah yang mengaturnya

Kuatlah...
Katamu "Cinta tanpa restuNya tidak akan bertahan lama"

Tersenyumlah...
Aku paham
Rasa antara kita mungkin adalah ujian

Hingga nanti
Saat awan kembali melahirkan nyanyian hujan
Saat senja kembali memunculkan kilaunya
Saat dahan pohon mulai menumbuhkan daun baru

Kita adalah takdir
Entah disatukan atau tanpa kesatuan
Jadikan ia bekal dalam perjalanan MENUJUKU dan MENUJUMU

Laki-laki bertangan gagah
Sampai jumpa disuatu masa
Dengan kita yang sudah pantas

~Meramu rasa dalam melodi hujan dan senja~

[Bone-bone, 08 Januari 2017]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup