Suatu Hari


Suatu hari nanti aku akan duduk di belakangmu, mengikutimu, seperti anak yang patuh pada induk. Mengiyakan setiap ajakanmu selagi itu baik, menyetujui pilihanmu jika itu sesuai prinsipmu, dan mendukung keputusanmu ketika tak ada satu pun yang mampu memahamimu.

Aku akan duduk di sampingmu dan menyamankanmu dari segala ketidakadilan di luar sana. Mendengarkan dengan baik segala keluhmu jika kau cukup percaya padaku bahwa aku bisa membantu menyelesaikan masalahmu. Sesekali kubawakan teh manis hangat kesukaanmu, menyimpannya di atas meja dan menyiapkan diri untuk menjadi pundak paling nyaman untuk ditinggali.

Terkadang aku perlu menjadi seorang perawat, seorang guru, seorang koki, dan apapun yang kau inginkan aku akan selalu menjadi orang yang kau butuhkan. Kau akan jadi segalanya bagiku atas perintah-Nya. Aku tunduk, hormat sekaligus patuh padamu sebagai pembimbingku selama aku hidup.

Aku akan jadi penguat serta penyokong hidup terbesarmu. Kau layang-layang yang selalu ingin terbang tinggi. Maka, aku harus menjadi benang yang kuat lagi berkualitas. Aku akan menyaksikan setiap keberhasilanmu, kegagalanmu, kelemahanmu juga masa ujimu. Kau tak perlu takut, aku akan selalu ada bersamamu.

Menyayangimu adalah tugas besar setiap waktu, dan merawat titipan-Nya baik berupa si kecil maupun rumah sederhana kita, adalah tanggungjawabku.

Tetapi sebelum itu semua, aku perlu memastikan sesuatu. Kepada siapakah aku layak tunduk patuh serta memberi cinta tak berkesudahan itu? Bertanya, kepada laki-laki yang seperti apa?

Semoga ia yang baik kepada orangtuanya dan dekat dengan Tuhannya. Yang cerdas lagi disiplin. Dan mampu memimpin dirinya sendiri dan membimbing orang lain.

Jauh sebelum pernyataan itu muncul, jawablah pertanyaan ini wahai diri. Sudahkah aku mulai melayakkan diri dihadapan-Nya?


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup