Semangat Mendewasa
Semangat mendewasa, mengelola berbagai macam emosi yang harus diredam saat apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.
Allah menjadikannya begitu, bukan tanpa alasan. Bayi Musa alaihissalam, sejak beliau dilahirkan ia harus dihanyutkan di sungai untuk menghindari kekejaman hukum fir’aun. Namun Kuasa Allah, justru ujungnya adalah dekapan fir’aun dan istrinya. Musuh yang merawat musuhnya. Dan dari kisah musa alaihissalam, terukir lembaran-lembaran sejarah penuh hikmah yang Allah abadikan dalam Al-Qur’an sebagai pengokoh iman. Takkan cukup tinta menorehkan keagungan ceritanya.
Lalu, Peristiwa hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang mematahkan hati beliau dan para sahabat, tapi kemudian dari Madinah lah islam mencapai titik paling gemilang. Allahu Akbar!
Kisah tentang perjanjian Hudaibiyah, kisah bilal yang harus disiksa ditindih batu besar, kisah Sang Pembebas; Shallahudin. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang telah melalui banyak fase menyakitkan. Dan melalui fase-fase itulah, kemuliaan serta kebijakkan dalam jiwanya lahir.
Meski takkan mampu diri menyamai bagaimana kuat teguhnya mereka para utusan Allah, hamba pilihan Allah, namun dari kisah-kisah mereka kita mampu belajar; luka, kekecewaan, kegagalan, kehilangan—semua tidak terjadi begitu saja. Maha Sempurna Allah, yang menjadikan masa depan sesuatu yang tidak bisa kita perkirakan. Maha Luas Ilmu Allah, dan betapa faqirnya diriku, karena hikmah dan pembelajaran kerap kali luput.
Bersabarlah! Meski sulit dan sesak, kamu harus berdiri tegar. Jika sudah Allah putuskan, maka kamu pasti mampu melaluinya. Demikian rencana Allah. Tugas kita adalah; bersabar, berdo’a dan ikhtiyar. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.
Bumi Allah,
Catatan Sang Musafir
Komentar
Posting Komentar