Aku, Kau dan Hujan

Aku hanya ingatan yang pernah dititipkan tabah di sepanjang jarak perjalanan. Menemukan masa-masa terbaik dimana ruang adalah perjalanan tentang sekotak cinta yang begitu hampa kita terangkan. Merumuskan perihal-perihal tiada dimana janji dan ingatan hanyalah pertanyaan asing dan bodoh yang tak sanggup kita luapkan pada labirin semesta. Lalu aku pulang menarasikan rindu yang tiba-tiba tenang bersamamu. Rindu pada sepilihan tanya dimana hidup adalah tanda yang takkan pernah usai kita genapkan sebelum pelajaran-pelajaran berikutnya kita tuntaskan. Ada yang berjalan meninggalkan tua pada masing-masing ingatan. Seperti beranda dan halaman depan rumah yang tiba-tiba basah diguyur hujan kesukaan kita. Lalu kau dan aku saling membayangkan rupa rindu itu. Menjelaskan pada musim-musim peringatan dimana aku pernah menghafal sebait ijab qabul yang dulu sering kita rapalkan bersama dalam doa-doa panjang, yang melepas kita menuju kapal pertama di ujung sana. Percayalah, aku dan kamu hanyalah kalimat yang saling mengalamatkan rindu ini pada satu rupa bernama ijab dan qabul, lalu menyemesta menjadi semacam harap ketika mahar kuserahkan dalam doa-doa panjang kita di sepanjang hujan yang tak kunjung mereda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup