Kelak, Seperti Ibu

Kelak saya belajar mengabdi dari ibu, mengabdi kepada suami sebagai jalan ibadahnya, sepenuh hati.

Ibu tidak seperti kebanyakan ibu di luar sana. Saat saya dapati diluar sana orang-orang membicarakan teman-teman sekolahnya, mempunyai grup alumni di whatsapp, kemudian sering berkomunikasi hingga bertemu. Tidak begitu dengan ibu. Ibu hanya mempunyai dua grup whatsapp, yaitu grup keluarga dan ibu ibu sekitar rumah. Hanya itu.

Ibu seperti menutup seluruh hidupnya, dan benar benar hanya untuk suami dan anak-anaknya.
Yang saya rasakan ibupun tidak pernah merasa kesepian, atau minder. Ibu tetap dengan kesederhanaannya. Ibu yang selalu merasa cukup, seberapapun rezeki yang bapak berikan, yang jarang sekali meminta ini itu kepada bapak, ibu seperti sungguh melapangkan hatinya untuk ridha sekaligus penuh syukur akan apa yang Allaah tetapkan untuknya.

Ibu yang setiap kali saya berjalan dengannya di sekitar rumah, tak jarang anak anak dari tetangga satu persatu memanggilnya. Ibu adalah ia yang ramah.

Pilihan ibu kurasa bukan tentang anti sosial, tapi tentang bagaimana memprioritaskan apa yang Allaah minta. 
Menikah sebagai jalan ibadah beliau, sebagai jalannya untuk memasuki surga melalui pintu mana saja yaitu salah satu upayanya adalah taat kepada suami.

Ibu, pada seluruh hidupnya saya jatuh cinta. Dan satu hal, ibu adalah sosok yang berhasil membuat anak-anaknya bisa bersahabat dengannya. Ibu adalah sosok yang berhasil membuat anaknya selalu rindu pulang ke rumah. 
Aku ingat sekali ibu pernah bilang kurang lebih *orang tuamu berhak tau bagaimanapun keadaanmu, dibandingkan siapapun diluar sana. Sebab orang tuamu yang akan selalu menerimamu dengan ketulusan, dan selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya*. Dan bila suatu hari itu tiba, jika Allaah mengijinkanku menjadi istri juga sebagai ibu aku ingin belajar banyak supaya seperti ibu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup