Pemuda

Inilah isyaratku tentang generasi pilihan itu. Generasi yang kabarnya mampu mengubah peta sejarah dan peradaban ini. Generasi yang kabarnya mampu membuat sebuah jalan pencerahan serta solusi sederhana atas kehidupan yang semakin aneh ini. Generasi yang kabarnya mampu membuat dan mencatat sejarahnya sendiri dengan kekuatannya sendiri. Generasi yang kabarnya mampu membuat dan memberikan yang terbaik pada dunia yang telah melahirkan dan membesarkan dirinya selama ini.

Namun, itu dulu kawan. Kabarnya, para generasi pilihan itu telah memilih menjadi lain di seberang sejarah. Memilih menjadi sekumpulan manusia yang acuh tak acuh akan nasib peradaban dan dunia yang semakin morat marit ini. Tak ada lagi jejak kepahlawanan nan heroik yang diciptakan para pemuda di penjuru dunia ketika ego menguasai dan rasa peduli menjadi lebih miskin dari rasa masing-masing yang ingin saling menguasai.

Ah, kemana anak-anak muda harapan itu. Kemana para pembawa kemenangan itu. Kemana para pembawa suluh yang kelak akan menerangi dunia dengan segenap solusi abadinya. Kau tahu, kami di sini masih menunggunya dalam temaram di ujung pagi. Menjejakkan sejumlah kisah-kisah tentang dirinya yang banyak dijanjikan pada tubuh dunia yang semakin renta dan tak berdaya ini. Kami menunggu anak-anak hebat itu, kami menunggu karya nyata mereka untuk dunia tua ini.

Sungguh, kami rindu anak-anak muda semisal Ibrahim, Ismail, Yusuf dan Muhammad. Kami rindu anak-anak muda semisal para pemuda Kahfi, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf. Kami rindu anak-anak muda semisal Yahya Ayyash yang begitu gigih menunjukkan pada dunia bahwa sejatinya kemerdekaan bukan hasil perundingan belaka namun juga perjuangan tanpa henti yang akan terus melahirkan para pahlawan dalam catatan sejarah dan peradaban.

Kami rindu anak-anak muda seperti Muhammad Natsir, Muhammad Room, Haji Agus Salim, Soetomo, Soekarno, Hamka, dan sederet anak muda lainnya yang tak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, namun berjuang untuk bangsanya agar menjadi bangsa yang tangguh dan teguh di masa-masa peradaban berikutnya. Kami sungguh rindu pemuda-pemuda hebat itu hadir di bumi yang semakin penuh warna ini. Yang semakin koyak moyak kala sejumlah kepentingan terus menutupi keberadaan para pemuda hebat dan besar itu.

Di sini, kami mengharapkan kehadiranmu. Kehadiran para suluh penerang dunia ini. Kehadiran para penggerak perubahan dan pendobrak peradaban keliru ini. Kehadiran mereka yang senantiasa mau bekerja untuk kebesaran bangsanya, menjejak serangkaian manfaat atas perjalanan-perjalanan sederhana di ujung peradaban amburadul yang semakin senja usianya. Ya, dunia ini memang sudah tidak muda lagi. Namun, mereka yang bernama pemuda di hampir seluruh penjuru dunia ini akan mampu membuatnya menjadi lebih sederhana dari sebelumnya.

Bagi kami sejarah memang seringkali dicetuskan mereka para pemuda. Mereka yang berani untuk memilih jalah hidupnya sebagai pahlawan. Mereka yang memilih jalan-jalan sunyi untuk terus dan terus bekerja mewujudkan mimpinya, menebar manfaat dan maslahat ke setiap hati orang-orang di seluruh penjuru dunia. Mereka yang mau duduk santai mendengarkan petuah-petuah bijak para tua untuk terus menyemangati perjuangan luar biasa mereka. Dan di sini, kami para tua menunggu kehadiran para pekerja dan pemuda luar biasa itu.

Sungguh, kami menunggu catatan baru yang kelak akan dicatatkan para pemuda pilihan dalam jejaknya di suatu hari nanti dalam catatan sejarah yang harum aromanya. Dan kami masih menunggunya di sini. Di rumah kami sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup