Hadiah Tuhan untuk Perempuan

Bulan bersimpul sabit membentuk senyuman kepada dunia. Awan menggantung diangkasa memberi kesan sempurna, berbaris membayangi sang rembulan yang tengah bercahaya.

Malam ini aku berdiri jauh dari kampung halamanku, berpikir tentang satu sosok yang telah memberikan segalanya tanpa pernah meminta balas. Sosok pertama yang memeluku, memberikan segenap cintanya, padahal kita baru saja berjumpa,belum sempat saling bertegur sapa. Tapi dirinya sudah mencintai dengan sempurna dan tanpa cela. Dan aku kini mengenalnya dan memanggil dengan sebuah nama kebanggaannya, yaitu Ibu.

Dulu aku pernah berpikir, bagaimana seorang perempuan bisa mengerjakan dua pekerjaan besar didunia ini, pertama menjadi madrasah petama anaknya, yang kedua menjadi pengatur urusan rumah tangga.

Menjadi rumah bagi anak-anaknya, tempat meleburkan segala risau buah hatinya kala menghadapi kerasnya dunia, ketika sang tercinta direpotkan dengan masalahnya maka ia akan selalu menjadi orang pertama yang mengerti dan membantu.

Tak pernah masuk dalam akal sehatku, bagaimana bisa seorang perempuan memahami bahasa yang tak disampaikan lewat kata-kata. Kepekaan hati yang tiada dua. Memahami dan mengerti. tanpa perlu dijelaskan, tanpa perlu diceritakan. 

Fahamku, inilah cara Tuhan untuk saling belajar dan mengajarkan.

Bahwa perempuan punya posisi sendiri. Punya tempat untuk mengabdi, menebarkan benih-benih kebaikan.

Dan kini aku menyadari bahwa tak akan ada yang bisa memeluk masalah sehangat pelukanmu, tak ada yang mampu mendinginkan rasaku selain kata-katamu. tak ada yang seanggun tuturmu dalam menasihatiku.

Semenjak itu aku tau, perempuan yang membuat aku jatuh cinta pertama kali sampai nanti usia dujung waktu adalah engkau, Ibu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup