Ijab Qabul, Kita Dan Cinta
Disini, aku akan berkisah tentang mereka. Yang merayakan cintanya dengan begitu sederhana. Ada ayah di sisinya yang melepas pergi anak perempuannya lewat akad paling sakral bernama ijab. Dan ada seorang ksatria hebat yang duduk di sisinya dan siap menjadi imam dalam perjalanan waktunya. Menjadi pemetik air matanya di setiap kesedihan yang bersulang menikmati cahaya bahagianya. Di atas sana ada para malaikat yang tak pernah letih membacakan doa-doa bahagia, menyanyikan Thala’al Badru sebagai pertanda bahwa kebahagiaan telah menjadi pucuk-pucuk cerita lain di musim pancaroba ini.
Cinta telah bekerja indah di ujung kedua matamu. Disana, ada air mata bahagia yang dirindukan siapapun. Tak ada yang berani menentangnya, karena cinta telah menyatu dengannya. Ada rasa bahagia untuk dilepas ketika waktu telah mengucapkan ikrar abadinya dalam perjalanan paling pagi. Membangunkan subuh ketika senarai rindu menjadi semacam cinta tak terkatakan. Disini, aku melihat cinta telah bekerja dengan begitu indah melewati batas-batas kesempurnaan yang diciptakan-Nya. Cinta selalu punya cara unik untuk menuntun para pengikutnya menikmati semua cara kerja abadi-Nya.
Aku masih melihatmu dalam binar bahagia itu. Ketika tangan para ksatria itu berjabat dengan lelaki paling lelaki dalam hidupmu. Ketika tetes demi tetes air mata membentuk aliran sungai di kelopak mata perempuan tangguh bernama ibu. Engkau masih tertunduk malu menyaksikan semuanya. Mengingat segala kisah bahagiamu. Tentang ta’arufmu, tentang khitbahmu, dan kini akad adalah jalan terbaik dari-Nya. Kau dan lelaki ksatria itu kini tengah bermimpi indah menjadi seperti Muhammad dan Khadijah, Zainab dan Abul Ash, Rhumaisha dan Abu Thalhah atau Ali dan Fatimah.
Lelaki itu kelak menjadi imammu. Dan engkau, yang akan menghapus dan memetik setiap air matanya kala lelah dan penat hadir menemani jalan perjuangannya. Di jalan ini, engkau dinikahinya. Dan engkau tentu akan merasakan semua getar-getar itu jauh lebih indah dari biasanya. Semua adalah kado abadi yang telah dipersiapkan untukmu jauh-jauh hari. Dan disini, engkau akan menenun segalanya dengan rindu tak terkatakan.
Engkau dan lelaki ksatria itu kelak akan menjelma menjadi Muhammad dan Khadijah yang cintanya selalu hadir dalam potongan-potongan sejarah. Mengulang semua rasa ketika percaya dan setia adalah tanda bahwa cinta hadir di ujung sana dan bekerja dengan cara-cara sederhananya. Dan kita tak pernah tahu, bagaimana cinta bekerja di ujung jalan sana untuk bahagia yang datang tepat pada waktunya.
Engkau dan lelaki ksatria itu kelak akan menjelma menjadi Abul Ash dan Zainab yang cintanya telah menjadi tanda bahwa pengorbanan adalah puncak dari segalanya. Cinta kelak meminta segalanya dari kita. Meminta kita untuk menjauh dari orang yang kita cinta karena jalan telah memutuskan beda diantara kita. Namun, cinta selalu menunjukkan jejak ajaibnya. Cinta memang kata kerja paling sederhana, ajaib dan indah yang kita tahu ujungnya adalah bahagia disana. Ada satu tempat disana, yang kelak menjamu semuanya dengan segala keindahan dan kebahagiaan tak pernah berakhir.
Engkau dan lelaki ksatria itu kelak akan menjelma menjadi Abu Thalhah dan Rhumaisha yang cintanya telah mengukir indah dalam jejak paling mengakar. Membaca semua kisah tentangnya adalah tanda bahwa mahar sebuah cinta adalah kesatuan dari segalanya. Cinta memang akan meminta segalanya, dan ketika cinta meminta segalanya dari kita, maka disanalah kita dipertemukan serangkaian peristiwa bahagia dan indah jauh lebih indah dari apa yang pernah kita rasakan ketika dunia menjadi pijakan kita untuk merengkuh cinta lebih indah di mata-Nya kelak.
Engkau dan lelaki ksatria itu kelak akan menjelma menjadi Ali dan Fatimah yang cintanya telah mengajarkan kita, betapa pilihan untuk menjadi seorang imam adalah jalan terbaik seorang ksatria. Menjadi pemimpin dari sejumlah pilihan terbaik adalah ikhlas yang takkan pernah bisa dibahasakan dengan apapun juga. Cinta telah menjelmakan cara kerja terbaiknya disana. Cinta pula yang telah mengantarkan sejumlah jejak dalam kisah abadinya. Disana, ada satu rasa yang tertunda. Rasa tentang perjalanan, kenangan, pengorbanan, keikhlasan dan sejumlah perihal lain tentang cinta yang selalu abadi di ujung jejak kita sendiri.
Disini, di depan ayahmu engkau telah dilepas menjadi sepasang pencinta dengan lelaki ksatria itu. Semua orang hadir dan mengaminkan doa-doa yang kau rapalkan. Ketika sakinah, mawaddah dan warrahmah menjadi puncak dari semua doa yang kau dan lelaki ksatria itu rapalkan. Aku baru saja menemukan cinta di ujung doa sederhana itu. Aku masih menemukan ruang untuk bisa mencintamu seperti kejantanan para lelaki ksatria itu.
Karena mencintaimu, adalah doa yang takkan pernah usai aku rapalkan sampai ujung usia ini usai
Catatan Rindu
Komentar
Posting Komentar