Berjalan ke Arah Cinta

Aku berjalan menuju arah yang tak menentu. Melipat jarak lalu memendekkan kenangan dimana ingatan-ingatan luka berbaris di sepanjang kemenangan yang tak kunjung abadi di sebaris kekalahan tentang kapan menjadi tua.

Lalu duka mengembalikan masing-masing muasal. Berbicara agar dia saling mengutuhkan ketika kaki-kaki telanjang itu kembali menjejak sebagian perayaan dimana alamat-alamat sendiri ketika akhirnya kepal ingatan saling mengingatkan.

Memberi ruang ketika kaki-kaki itu tetap melangkah pasti.

Menuntun bayang-bayang purnama dimana terik matahari esok pagi masih bisa menjadi saksi atas pertanda kenangan, kebangkitan dan kemenangan yang tak kunjung selesai kita susuri sebab-sebab kebangkitannya. Melawan keterpurukan untuk membaca sebagian diri pada kaca-kaca yang tak akan kembali lewat bias ingatan yang menyepi sendiri kemudian.

Lalu, di hadapan jendela yang mengembun. Lewat sisa-sisa rintik hujan yang mengembun di kacanya. Aku tak kembali bertutur, merawat atau membiarkan tumbuh kembang riuh pada sebagian gambar tentang doa-doa yang tetap kembali menafsirkan tautan-tautan lain tentang bunga warna-warni dimana kita dan kebaikan tetap berjalan lurus menuju cinta juga dakuan-dakuan rasa lain yang tumbuh bersamanya.


Catatan Rindu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup