Konspirasi Rasa

Senja mulai merangkak, gelap pun bersiap menghampiri. Pada jingganya yang perlahan memudar telah kutitipkan harapan.

Bahwa semuanya memiliki waktu yang sama, 24 jam dalam sehari semalam. Selebihnya tinggal bagaimana usaha untuk memanfaatkannya. Namun, coba sejenak renungkan bahwa “setiap orang memiliki kecepatan dan panjang waktunya masing-masing”. Bukan sebagai pembenaran atas kepayahan diri dalam memanfaatkan waktu, melainkan sebagai pengingat bahwa manusia hanya bisa membuat rencana-rencana, yang berkehendak jelas hanya Allah semata. Karena hidup bukan hanya perihal mimpi pribadi, bukan pula perihal rencana-rencana pribadi, melainkan ada rencana-Nya.

Tugas kita bukan untuk mengutuk apa-apa yang didatangkan oleh-Nya. Apalagi sekedar meratapi ketika “rumput tetangga lebih hijau”. Bagianmu bukan saat ini, bukan pula ditunda tetapi memang belum waktunya. Terlebih jika usaha telah dimaksimalkan, doa telah senantiasa dilarungkan dan tawakal yang terus disempurnakan.

Waktu kita sama, prestasi kita jangan. Seperti yang telah sedikit diulas pada tulisan sebelumnya, bahwa kita berhak menentukan peran kita, kemudian menorehkan prestasi dengan cara kita masing-masing. Karena semakin banyak prestasi, semakin baik bukan? Karena kita bebas menghabiskan panjang waktu yang kita miliki. Karena kita tak berhak mengatur kecepatan waktu yang kita miliki.

Jika ia baik dan kebaikan,maka bertahanlah dan selesaikanlah. Karena kemenangan dan kekalahan bukan terletak pada siapa yang cepat dan siapa yang lambat. Melainkan pada mereka yang mampu bertahan dan menyelesaikan. Karena cepat tidak selalu baik dan lambat tidak selalu buruk.

"Nikmatilah prosesmu, cintailah peranmu, jadilah pejuang pada setiap perjuanganmu, ambilah pelajaran pada setiap perjalananmu, tetaplah bermanfaat dengan kecepatanmu dan teruslah bergerak hingga ujung waktumu."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup