Perihal Pernikaham

Sejatinya, mahar adalah tentang kejujuran, kebaikan, keikhlasan, kerelaan, serta pemberian apa adanya dari seorang lelaki perkasa untuk perempuannya. Dan kamu, sebagai perempuan jelita pilihan sang lelaki perkasa hanya bisa mengangguk setuju. Melihat kejujuran lelaki yang mencintaimu sepenuh hati, membaca setiap kebaikan tentang jarak-jarak rentang di ujung sana, membilang setiap bilangan keikhlasan dan kerelaan yang menjelma nyata di ujung kabar tentang perjalanan panjang kita, serta penerimaan apa adanya tentang suguhan cinta di bawah catatan sederhana menjelang hari penuh kebaikan.

1. Perempuan

Bila pagi telah datang dan sejarah segera tercipta. Aku hanya ingin mencipta sejarah itu bersamamu. Menjadikan dirimu sebagai satu-satunya tulang rusukku. Menjadikanmu sebagai satu-satunya kawan terbaikku untuk mengarungi samudera lepas dengan bahtera yang dilepas sanak saudara kita pagi ini. Aku hanya ingin menciptakan dunia yang sesungguhnya denganmu. Menjadikanmu sebagai satu-satunya ibu untuk anak-anakku kelak. Aku ingin menjadikanmu sebagai peneguh dari setiap jalan perjuanganku. Menjadi satu-satunya obat mujarab setiap penat datang hampiri aku. Dan pada hari ini, kita akan memulai bingkai sejarah itu perlahan. Mencatatkannya dalam tinta kebaikan seturut dengan sunnah yang telah diajarkan-Nya. Dan kau perempuanku, peneguh janjiku yang suci.

2. Lelaki

Bila kamu tercipta untuk menjadi kawan di setiap jalanku. Maka, aku akan berusaha untuk tetap menjadi nahkoda dari bahtera ini. Aku ingin menjadi lelaki terbaik kepunyaanmu. Aku ingin menjadi sesuatu di matamu. Aku ingin menjadi sosok penuh arti dalam perjalanan hidupmu. Sosok yang bisa membuatmu semakin mengerti bahwa hidup adalah perjuangan yang harus terus kita perjuangkan. Aku tak ingin menjadi yang biasa di matamu. Tapi, aku ingin menjadi yang luar biasa di sepanjang jalan ini. Menjadi sesuatu dalam bingkai cahaya yang terus dituntun sejumlah doa. Aku tak ingin menjadi penghalangmu, aku ingin menjadi imammu. Menjadi kawan terbaikmu. Menjadi cahaya untuk setiap jalan gelapmu. Aku hanya ingin engkau menjadi ma’mumku. Menemani perjalanan shalatku. Dan bersama menyempurnakan setiap rakaat sederhana kita. Di sini, nanti.

3. Wali

Dan sorot mata lelaki itu justru mampu menundukkan aku. Mengalahkan segala keberanianku untuk melangkah maju menjadikanmu satu-satunya perempuan di sisa hidupku. Tangan kekarnya telah menjabat erat tanganku. Seperti memberi sebuah pesan penting padaku. Bahwasannya lelaki yang pantas mendampingimu, menjadi lelaki sucimu haruslah seorang ksatria nan pemberani sepertinya. Aku hanya tahu, menjadi ksatria adalah tanggung jawab nan besar. Tak mudah untuk kita lunasi bersama. Namun, di sini lewat sejumlah perihal di ujung kedua matanya. Aku menemukan tafsir keberanian itu. Aku menemukannya lewat sorot mata tajamnya, ucapannya yang sederhana. Dan satu yang pasti. Dia kelak akan menjadi kawanku untuk membagi kisah tentangmu.

4. Khutbah

Pagi ini gerimis mengantar perjalanan baru kita. Melepas semuanya pada sejumlah perihal tentang waktu dan kabar yang kembali. Di depan kita, ada seorang lelaki tegap dan pemberani sama sepertimu. Seorang guru yang siap memberi sejumlah nasihat sederhana tentang kita, pernikahan kita, dan sejumlah perjalanan sunyi menuju pelabuhan tempat bahtera kita dilepas. Kita akan mendengarkannya dengan seksama, menundukkan kepala untuk merenungkan setiap bekal dan nasihat yang diberikannya. Karena, seperti katanya pernikahan bukan soal ucapan ijab qabul antara aku dan ayahmu. Namun, pernikahan adalah soal sebuah perjanjian maha dahsyat dan maha suci yang mesti kita pertanggungjawabkan kepada Sang Pemilik Cinta suci ini.

5. Akad

Sebentar lagi kau akan menyaksikannya. Menyaksikan sebuah perjanjian paling indah terucap dari lisan ayahmu yang perkasa dan lisanku yang kelu. Sebuah perjanjian teguh antara aku dan kamu, antara aku dan ayahmu, dan antara kita dengan-Nya. Sebuah perjanjian yang akan kita ikat bersama pada satu prosesi maha indah dan terencana. Ini tentang ijab qabul kita. Tentang satu sejarah baru yang akan kita mulai bersama. Tentang perjanjian teguh yang dulu selalu kita bayangkan bisa terjadi kapan. Dan hari ini, kita baru saja memulainya. Mengambil satu perjanjian maha teguh dari-Nya. Mengambil mitsaqan ghalizha hingga kelak semua yang kita lisankan hari ini akan diminta pertanggungjawaban-Nya kelak. Sejatinya, aku ini bukan milikmu. Kamu pun bukan milikku. Namun, pada hari ini ketika kita menjadi sepasang perindu. Kita telah pasrah dan ridha menerima ketetapan dan garis rencana-Nya yang maha indah. Menjadi sepasang cahaya yang akan terus menyinari dunia dan membuat bahtera kita bisa sampai pada tujuan-tujuan sederhana yang biasa dirapalkan para tetamu, handai taulan dan kolega-kolega kita. Semoga, perjanjian yang kita ikat ini bisa menjadi perjanjian yang sakinah, mawaddah dan warrahmah sebagaimana tertulis dalam surat cinta sederhana yang penuh makna.

6. Saksi

Dan tahukah engkau, siapa saja yang menjadi saksi dari perjanjian suci kita. Aku rasa, saksi atas perjanjian kita yang suci ini bukan hanya mereka yang terdekat dari kita. Bukan dua keluarga besar yang dipersatukan dalam sebuah ikatan, bukan ayah ibu kita yang telah berbesan, bukan adik kakak kita yang menjadi bersaudara. Atau bukan pula guru dan kawan kita yang menjadi lebih dekat karena ikatan perjanjian ini. Kau tahu, ketika aku meneguhkan perjanjian ini bersama ayahmu dalam prosesi akad. Ia yang Maha Segalanya dan Maha Mengatur telah menjadi saksi dari perjanjian teguh kita. Para malaikat turun ke muka bumi merapalkan sejumlah doa kebahagiaan untuk kita. Penduduk langit bersuka cita ketika kalimat sah terlontar dari mulut dua saksi perjanjian ini. Dan kau tahu, perjanjian teguh ini tak hanya dirayakan kita manusia, tapi juga para penduduk langit dan malaikat di atas sana. Mereka bersiul, menyanyikan beragam puji-pujian, shalawat serta sejumlah syair bahagia sambil tak lupa merapalkan doa barakallahu laka wa baraka alaika wa jama’a bainakuma fii khair, seperti yang biasa diujarkan para tetamu untuk kita.

7. Restu

Dan, bahtera pun akan segera dilepas. Menuju dermaga pilihan di ujung sana. Melewati deru ombak nan dahsyat di lepas samudera. Kita akan bersama-sama mengarunginya. Aku akan menjadi nahkodanya, dan kau menjadi anak buahku yang akan bersama-sama membawa bahtera ini sampai di dermaga pilihan itu. Lantas mereka yang berada di belakang kita. Tentang handai taulan, kerabat, ayah ibu, kawan, serta para tetamu undangan lainnya. Mereka hanya akan melepas kita, memberi restu untuk kita, merapalkan segala doa kebaikan agar perjalanan kita mengarungi samudera luas dengan beragam uji dan cobanya. Entah itu gulungan ombak yang ganas atau apapun itu. Dan kita harus siap menghadapinya. Sedangkan mereka di sana, akan terus merapalkan doa kebaikan, memberi segala restunya untuk kita agar perjalanan bahtera kita sampai di ujung sakinah, mawaddah, warrahmah serta sampai pada doa mereka untuk kita seperti yang biasa kita senandungkan bila ada kawan kita yang siap melepas bahteranya di samudera lepas, barakallahu laka wa baraka alaika wa jama’a bainakuma fii khair.

Inilah kebaikan-kebaikan sederhana itu. Kebaikan yang akan terus kita ulang bersama pada satu jumlah sederhana. Menikmati setiap dekap cinta-Nya dalam titian makna terbaik yang dititipkan-Nya. Lewat sebuah perjanjian teguh di bawah kubah masjid yang kita cinta. Dan aku hanya akan berpulang, menikmati semuanya dalam perjalanan penuh khidmat tentang satu cerita cinta yang akan kita ulang bersama pada sebuah perayaan sederhana, selepas mitsaqan ghalizha kita ujarkan bersama pada sebentuk tanda di ujung perjalanan panjang itu.

Catatan Rindu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup