Bapak Zionis; Yahudi Harus Punya Negara Sendiri
If you will it, it is no fairy-tale. But if you do not will it, it is and will remain a fairy-tale, this story that I have told you…All the activity of mankind was a dream once – and will again be a dream". Bapak Zionis, Theodor Herzl.
Zionis adalah sebuah gerakan politik kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali lagi ke Zion, bukit di manakota Yerusalem berdiri. Gerakan yang muncul diabad ke-19 ini semula inginmendirikan sebuah negara Yahudi di Afrika kemudian berubah di tanah Palestinayang kala itu dikuasai Kekaisaran Ottoman (Khalifah Ustmaniah) Turki.
Zionis merupakan gerakan Yahudi Internasional. Istilah zionis pertama kali dipakai oleh perintis kebudayaan Yahudi, Mathias Acher(1864-1937), dan gerakan ini diorganisasi oleh beberapa tokoh Yahudi antaralain Dr. Theodor Herzl dan Dr. Chaim Weizmann. Dr. Theodor Herzl menyusundoktrin Zionisme sejak 1882 yang kemudian disistematisasikan dalam bukunya"Der Judenstaat" (Negara Yahudi) (1896). Doktrin ini dikonkritkan melalui Kongres Zionis Sedunia pertama di Basel, Swiss, tahun 1897.
Theodor Herzl (alias Benyamin Ze-ev bahasa Ibrani:(בנימיןזאב), bahasa Hungaria:Herzl Tivadar; lahir di Pest, Hungaria, 2 Mei 1860 – meninggal di Edlach, Austria-Hungaria, 03 Juli 1904 pada umur 44 tahun) adalah tokoh utama gerakan Zionisme. Ia dididik dalam semangat pencerahan Yahudi Jerman dan mengapresiasi budaya modern. Tahun 1878 pindah ke Wina dan menuntut ilmu hukum di sana. Setelah lulus ia menjadi penulis drama (karyanya : the Ghetto),sandiwara dan wartawan koran liberal Wina Neue Freie Presse.
Setelah terjadinya peristiwa Dreyfus tahun 1894, setelah mendengar banyaknya berita yang beredar tentang penindasan terhadap kaum Yahudi diwilayah kekaisaran Russia dan sebagian Eropa Timur, Herzl berkeinginan untuk mendirikan negara berdasarkan ras Yahudi sendiri.
Tahun 1895, Herzl menuliskan tidak ingin mendirikan negara Israel yang religius, "Kita akan memastikan Rabbi dibatasi aktivitasnya di dalam Sinagog." Tulisnya dalam buku harian. Ia juga menulis strategi jahatnya, "Ketika kita menduduki tanah jajahan, kita akan membawa keuntungan pada negara yang menerima kita. Kita akan mencoba mengusir warga miskin keluar dari tanah dengan menyiapkan lapangan kerja di negara lain sambil menolak mereka kerja di dalam negeri. Pemilik tanah lalu akhirnya akan ikut keluar. Proses ini harus dilakukan secara rahasia dan hati-hati."
Tahun 1896, Herzl menerbitkan Negara Yahudi (Judenstaat) Ia mengusulkan program untuk mengumpulkan dana dari orang Yahudi untuk merealisasikan cita-citanya. Herzl dan gerakan Zionis mulai menggencarkan mimpinya. Dengan dalih akan menggaungkan isu agama untuk menarik Yahudi, rasanya Palestina jadi negara yang tepat.
Pada 1897 Konferensi Zionis diselenggarakan di Basel, Swiss. Mereka merancang strategi baru untuk menghancurkan Dinasti Otoman dan mendirikan negara Israel. Mereka lalu mendatangi Sultan Abdul Hamid II untuk membelinya dan menjanjikan membangun benteng pertahanan bagi khilafah Turki Utsmani dan pelunasan utang luar negeri agar ia mencabut larangan bagi Yahudi untuk menetap di Palestina.
"Saya tidak akan melepaskan tanah Palestina meski sejengkal, Sesungguhnya imperium Ustmani ini milik umat Islam yang mereka dapatkan dengan perjuangan dan tetesan darah. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Karena itu, simpanlah kekayaan kalian dalam kantong kalian sendiri. Bila khilafah hancur dan musnah suatu hari, sesungguhnya kalian bisa mengambilnya tanpa sepeserpun uang yang kalian bayarkan untuk tanah itu. Namun selagi hayat masih dikandung badan lalu kalian tusukkan pisau di jasad saya, sesungguhnya itu lebih mudah bagi saya, daripada saya harus menyaksikan Palestina terlepas dari khilafah Islam. Dan saya yakin ini tidak akan pernah terjadi selama saya masih hidup, sebab saya tidak mampu menahan sakitnya dikoyak-koyak sedang saya masih bernapas." Tolak Sultan Abdul Hamid II dengan tegas.
Penolakan ini tak membuat Herzl putus asa.
Masih dalam pencarian tanah negara, pada 23 Januari 1904 di Roma, Herzl meminta Tripoli dan lagi lagi menuai penolakan! "Tanah ini sudah milik orang lain." terang King Victor Emanuel III dan Pope Saint Pius X. Selain penolakan bertubi-tubi dari para raja. Mimpi Herzl ternyata juga ditentang oleh kaumnya sendiri, dari kalangan rabbi. "Yahudi bukan lah negara dan Zionisme tidak sesuai dengan ajaran Yahudi." ujar Pemimpin Rabbi, Moritz Gudemmann dari Wina.
Majelis Rabi Jerman bahkan secara resmi dan terbuka mengutuk usaha zionis untuk menciptakan negara Yahudi di Palestina karena bertentangan dengan Taurat. Tidak hanya ditolak dan ditentang, Herzl dan gerakannya ternyata juga dibenci. Kebencian ini diungkapkan PM Inggris Balfour
Pada 1905, "Imigran Yahudi tidak memberikan keutungan pada negara Inggris. Tindakan mereka eksklusif, agamanya berbeda, hanya menikah dan berbisnis dengan sesama mereka." Ditambah Yahudi eropa yang suka bikin ribut. Mereka tidak hanya berpartisipasi dalam gerakan revolusi bahkan menjadi pionirnya.
Kebencian Inggris sudah mencapai ubun-ubun. "Untuk kemanan kita sendiri, saya tidak melihat opsi yang lain, selain menaklukkan tanah yang mereka inginkan dan mengirimkan mereka untuk tinggal di sana." ujar Filsuf J.G Fichte.
Tahun 1917, lewat deklarasi Balfour akhirnya Zionis diikuti berbondong-bondong Yahudi Eropa mampu memasuki tanah Palestina.
Usaha jatuh bangun Herzl selama ini ternyata tidak sia-sia. Dengan bangga sekali lagi ia berkata, "If you will, it is no fairy tale."
Bapak Zionis, Theodor Herzl begitu memiliki tekad yang amat kuat dalam mewujudkan mimpi jahatnya: Yahudi harus punya negara sendiri. Walau tidak mudah, Herzl pantang menyerah.
Sekali lagi Usaha jatuh bangun Herzl selama ini ternyata tidak sia-sia. Jadi, sebagai umat muslim jangan sampai usaha kita meraih mimpi yang in sha Allah tujuannya baik, dikalahkan oleh Bapak Zionis Theodor Herzl
Sumber:
Wikipedia.id
Buku Harian Herzl. Michele Priplor, Bibble and colonization p.146
Harb, Muhammad (1998). Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II.
Darul Qalam; Asy-Syalabi, Ali Muhammad (2003), Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Pustaka Kautsar, 403-425
Michele Prior,Zionism and the State of Israel Moral Inquiry, (Routledge, London 1999, hal.7)
Michele dan Prior, Bible and Colonization p.109
Ibid p.112
Document on British Foreign Policy
J.B Agus The Meaning of Jews History,New York Abelard Schuman,1964 p.3
Komentar
Posting Komentar