Inggit

Adalah rindu yang meruapkan namamu dalam bahagia. Mencipta semesta diantara cinta yang kelak bertukar peran. Menjadi ibu dari sisi-sisi bahagia yang tak dimenangkan. Lalu menjadi istri ketika tulang punggung mulai retak dan kehilangan arah. Atau menjadi kekasih ketika cinta menunjukkan kata kerja terindahnya. Menasabkan bahagia dalam gelora mimpi tentang merdeka. Atau kuncup bunga yang layu sebelum berkembang. Tentang gerbang istana yang menjadikan kisah kita lain pada paruh kedua sebuah masa kemerdekaan. Tentang kata-kata yang bertumbuh menjadi semacam doa yang tak tuntas dirapalkan ketika sang pujaan berpulang mendahului takdir yang digenapkan-Nya. Dan ini tentang rahim yang tak pernah menanam janin. Tentang tubuh yag tak pernah ditakdirkan menjadi ibu. Tentang hidup yang memberi warna-warni pilihan untuk kemudian berdiri tegak di sudut negeri. Pada kesunyian paling sunyi. Pada kemegahan dan warna-warni bendera yang biasa berkibar dengan gagah bilamana tujuh belas Agustus menanjak di bilangan almanak. Ya, ini tentang kisah kita. Tentang perjalanan-perjalanan yang digenapkan pada petaka tentang putera terkasih yang dirindu lahir dari rahim seorang perempuan. Tentang cinta yang kembali menunjukkan cara kerja abadi di dalamnya. Atau tentang doa-doa untuk yang dicinta hingga berpulang dalam bahagia sepenuh semesta. Menjejakkan malam-malam panjang dimana segala tentangmu adalah kata kerja.

Ini tentang cinta yang bertumbuh dari hidup seorang perempuan. Dan Kamasan hingga Ciateul telah kudus mencatat namanya dalam doa-doa panjang. Doa seorang perempuan yang tak pernah tuntas mengabdikan diri dan cintanya pada tanah yang dulu diperjuangkan. Pada air mata perpisahan ketika pulang menjadi pilihan dari sederet petaka perjalanan menjelang gerbang istana dibuka dalam riuh rendah suara pesta. Menyambut kemenangan panjang dari lelah dan letih perjuangan ketika sabda jihad telah menemukan jalan panjang kemenangannya. Dan ini tentang kita, tentang perasaan-perasaan yang tumbuh dari catatan dimana sejarah masih enggan menghimpun namamu kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup