Langkah Peradaban
Menikmati senja adalah nutrisi terbaik untuk memaksa jemariku menari bersama dengan aksara. Menarik nafas, lalu menghembuskannya dengan cepat. Ah, sore yang cukup menenangkan. Lalu, anganku bermain-main, membayangkan tentang asa, rasa juga cita, esok hingga suatu hari nanti entah kapan. Betapa perjalananku masih panjang, penuh dengan tantangan, minim perbekalan, sedikit penikmatnya, juga harus berpacu dengan waktu, berkonspirasi dengan semesta untuk berkolaborasi. Konon kolaborasi adalah bagian dari akselarasi. Ah semoga memang demikian, agar semakin banyak pelajaran yang mampu ku kemas dalam panjangnya perjalanan ini. “begitu berat, kayaknya tidak akan kuat, tidak bisa, belum nanti di tengah-tengah ada hambatan” keluhku mengawali.
Semua adalah tentang memulai dan mencoba, berani mencoba dan berani memulai. Sekecil apapun, karena dari yang kecil akan terlahir yang besar. Akan berhimpun menjadi sesuatu yang lebih berharga dan bermakna.
“impianku terlalu idealis? Citaku terlalu tinggi?” cercaku kemudian.
Tidak ada yang terlalu tinggi, mungkin karena kamu hanya memikirkannya, sudahlah jangan terlalu memusingkan dalam pikiran. Yang ada hanya ketidakmampuan kita, kepayahan kita untuk memaksimalkan usaha, memaksimalkan kekuatan kita. Ya, tersebab usaha kita yang seadanya bukan sepenuhnya, sebab doa kita yang sesempatnya bukan yang disempatkan, sebab tawakal kita yang seperlunya bukan yang seutuhnya.
Karena;
Mimpi hanya akan menjadi mimpi,
Angan hanya akan menjadi angan,
Rencana hanya akan menjadi rencana,
Rancangan hanya akan menjadi rancangan,
Konsep hanya akan menjadi konsep,
Delusi hanya akan menjadi delusi.
Saat kesemuanya tidak dimulai, tidak dibuka dan tidak diawali. Karena setinggi apapun mimpi, semenarik apapun angan, serapi apapun rencana, sebagus apapun rancangan, sejelas apapun konsep dan sekece apapun delusi hanya akan menjadi sebatas “itu” tanpa adanya aksi, tanpa adanya usaha dan tanpa adanya doa. Setiap perenungan sudah selayaknya diikuti dengan sebuah langkah. Ya, mengambil langkah pertama yang pada kemudiannya akan diikuti oleh langkah-langkah berikutnya. Karena setelah pertama akan ada yang kedua, ketiga dan seterusnya.
Mulai saja, selanjutnya biarkan mengalir, karena memulai sebuah langkah adalah separuhnya dan setengah lainnya adalah kumpulan langkah kedua hingga ujungnya. Jangan buang dan habiskan waktumu pada perencanaan. Segeralah mulai, biarkan perencanaan berkembang pada perjalanannya. Hanya perlu mengawali, lalu biarkan mengalir selanjutnya. Karena, langkah pertama akan membukakan langkah-langkah selanjutnya. Yakinlah, dari langkah awal akan menarik langkah-langkah berikutnya, bahkan tak jarang lebih dari ekspektasi yang telah dibangun.
Jangan menunggu! Tak ada waktu yang lebih baik untuk memulai kecuali sekarang, saat ini. Mulailah dari yang terkecil dan terdekat, sesuai dengan batas kemampuanmu. Yang baru tak akan pernah ada, tak akan pernah muncul tanpa adanya keberanian untuk memulai. Kata “mulai” begitu magic, karena padanya ada kekuatan. Bahkan cara terbaiik untuk menyelesaikan sesuatu adalah dengan memulainya. Tak akan pernah ada kata selesai tanpa adanya mulai.
“yang penting berani untuk memulai, coba saja dulu, karena yang terbaik itu yang selesai karena diselesaikan."
Sore ini, saya terinspirasi dari nasehat bijak seorang kakak yang lebih tinggi dari saya.
Tulisan ini, semoga mengawali langkah untuk kembali bergerak untuk peradaban
Komentar
Posting Komentar