Kelahiranmu, Cinta Untuk Semesta

Ketika Rasulullah berada di hadapan, Ku pandangi pesonanya dari kaki hingga ujung kepala Tahukah kalian apa yang terjelma? Cinta!

–Abu Bakar Shiddiq r.a–

Makkah telah menyemburatkan cinta ketika cahaya itu turun begitu indah di rahim perempuan agung bernama Aminah. Dia hadir dalam catatan paling bersejarah di sepanjang perjalanan umat manusia.

12 Rabiul Awwal di tahun gajah, seorang perempuan nampak kepayahan ketika ganjil sudah episode yang telah dilewati janin dalam rahimnya. Seorang perempuan yang hidup dalam kesendirian ketika sang lelaki memilih pergi ke haribaan-Nya. Namun, ia tidak pernah menuntun apalagi menggugat segala suratan takdir yang menimpanya. Ia hanya tetap tegar ketika rahimnya terisi seorang bayi suci yang kelak akan mengubah wajah dunia dan mengantarnya pada masa-masa kegemilangan.

Ya, hari itu seorang bayi terlahir ke dunia dengan sempurna. Perjuangan perempuan agung bernama Aminah untuk melahirkannya berbalas cinta dari para penghuni langit. Tidak pernah sendirian ia ketika lelaki agung itu digariskan lahir dari rahim sucinya. Aminah hanya mengaku pasrah ketika dititipi janin yang tak pernah ia ketahui di hari depan ia akan menjelma jadi sosok agung seperti sang kekasih Allah, Ibrahim.

Dialah lelaki itu. Lelaki yang kehadirannya ditunggu semesta. Lelaki yang kelahirannya telah menggetarkan seisi langit dan bumi. Dialah cinta untuk semesta. Dialah yang kelak akan mengajarkan kepada kita betapa Islam adalah rahmatan lil alaamin. Dialah cinta yang tidak akan pernah mampu kita tolak dengan segala ketidaksempurnaan kita. Karena, dialah lelaki yang ditunggu itu.

Telah datang lelaki pilihan. Telah lahir lelaki panutan. Kelahirannya disertai dengan jutaan cahaya yang kelak berpulang pada pendar berikutnya. Memanjat setiap doa yang terus dirapalkan berjuta-juta anak manusia di dunia yang berharap syafaat terindahnya kelak di hari akhir. Dialah lelaki sejuta cahaya itu, lelaki penggenggam hujan yang tertulis dengan sempurna kabar kelahirannya hingga hari itu tiba.

Dialah lelaki yang kelak akan menyempurnakan segala risalah kebenaran. Dialah yang dititipi cinta dalam balutan Iqra di Gua Hira, lalu pulang dalam dekap cinta perempuan agung bernama Khadijah, lalu dengan tegas Khadijah berujar padanya “tenang sayang, aku percaya kepadamu”

Dialah lelaki yang pulang dalam keadaan berdarah ketika ajakannya untuk orang-orang Thaif berbalas lemparan batu dan hinaan. Dialah yang dengan rendah hati menolak tawaran Jibril yang akan membalikkan gunung, lalu ditimpakan kepada orang-orang Thaif. Namun, keluhuran budi dan cintanya berujar ‘“Tidak, Wahai Jibril. Sesungguhnya mereka hanya belum mengetahui.”

Dan, kelahiranmu telah menjelma menjadi cinta bagi semesta. Cinta yang tidak akan pernah bisa kita tolak, meski beribu-ribu manusia di luar sana dengan begitu bengis menghina dan menistakanmu. Mencoba menggali lebih dalam tentangmu dengan suara-suara sumbang yang pada akhirnya tetap mengakui segala kesucian, keagungan serta keluhuran budimu. Karena, ketika engkau lahir ke dunia di kota mulia bernama Mekkah, semburat cinta itu terasa begitu nyata. Engkau adalah lelaki pilihan yang digariskan takdir untuk menyatukan Timur dan Barat, untuk menaklukkan Romawi, Byzantium, dan Konstantinopel dengan cinta yang berdenyar begitu kuat di nadinya.

Awalnya ia sendiri, terasing, namun sejarah memetakan arah hidupnya. Terlahir di tengah-tengah masyarakat yang buta huruf, pemuja berhala, serta pemuja duniawi. Tiba-tiba ia merasa risalah yang dititipkan di pundaknya terasa berat untuk disampaikan. Namun, cinta tak lagi ia maknai sebagai ujaran belaka. Cinta menjelma menjadi semacam kata kerja yang akhirnya mengukuhkan dirinya sebagai seorang lelaki agung dalam pentas sejarah. Dialah lelaki agung itu. Dialah lelaki pilihan itu.

Dan, malam ini semesta masih merapalkan banyak shalawat dan doa untuknya. Kelahirannya adalah cinta untuk semesta. Kini, pertanyaannya hanya satu ‘akankah semua ini berakhir menjadi seremonial belaka, lalu kita kembali menjadi diri kita masing-masing tanpa pernah bertanya pada nurani kita untuk kembali menjadi sepertinya di suatu hari nanti’

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita dibalik Jilbab

Faidza ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah

Pilihan Hidup